Bagi
pemilik tanah kosong yang cukup memenuhi syarat untuk ditanami karet,
maka berkebun tumpangsari karet dengan tanaman lain adalah sebuah
pilihan yang patut diperhitungkan.
Ada beberapa tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan karet.
Diantaranya adalah tanaman salak pondoh, gaharu, pisang barangan, dan
nenas.
Namun
semua tanaman tumpang sari di atas, tidaklah kami rekomendasikan,
karena cenderung sedikit mengganggu tanaman utama, terutama bila gaharu
yang dijadikan tanaman sela, karena tanaman ini cukup tinggi tajuk
pohonnya, sehingga akan mengganggu produktifitas tanaman karet selaku
tanaman utama. Tanaman pisang juga tidak direkomendasikan karena dapat
menjadi pemicu datangnya komes, atau jamur tanah yang sangat mungkin
akan menyerang akar tanaman karet. Sedangkan nenas, tidak
direkomendasikan karena tanaman ini termasuk tanaman yang rakus unsur
hara. Selain itu nenas umumnya akan menghasilkan buah yang masam jika
kekurangan sinar matahari. Adapun salak pondoh belum bisa kami
rekomendasikan, karena masih pada tahap ujicoba oleh beberapa petani
daerah.
Adapun
tanaman yang paling menguntungkan untuk ditumpangsarikan dengan tanaman
karet adalah : kapulaga, jahe termasuk jahe merah, kunyit, dan kopi.
Selain itu, yang lebih menjanjikan adalah membuat pembibitan karet atau kelapa sawit di lahan perkebunan karet.
Namun yang menjadi catatan penting adalah, jarak tanam karet yang 3×7
meter sebagai tanaman monokultur, harus dijarangkan menjadi 3×9 meter
jika ingin ditumpangsarikan. Penjarangan ini tentu akan sedikit
mengurangi produktifitas tanaman karet, tetapi di sisi lain, petani akan
mendapatkan pendapatan tambahan yang tidak sedikit dari tanaman
tumpangsarinya. Terlebih lagi
pada saat harga komoditas karet sedang turun, maka penghasilan dari
tanaman tumpangsari akan sangat membantu perekonomian petani.
Jika ditumpangsarikan dengan kopi, maka tanaman kopi ditanam bersamaan
dengan penanaman karet di lapangan. Bibit kopi ditanam tepat di tengah
jalur tanaman karet yang 9 meter itu, dengan jarak antar tanaman kopi
adalah 3 meter.
Jika
ditumpangsarikan dengan tanaman jahe/jahe merah/kapulaga, maka jarak
tanam adalah 3 meter, 4 meter dan 5 meter dari tanaman karet. Jadi ada 3
jalur tanaman jahe-jahean itu dalan satu jalur tanaman karet. Jarak
rumpun antara jahe-jahean itu dengan rumpun jahe-jahean kawannya adalah
80 cm.
Kami
pernah mendengar bahwa ada juga tumpangsari karet dengan rotan. Dan
dalam tumpangsari jenis ini, jarak tanam karet tetap 3×7 meter. Rotan
ditanam satu jalur diantara gang yang 7 meter itu dengan jarak antara
rumpun rotan adalah 2 meter. Ini cukup masuk akal, karena aslinya rotan
adalah tumbuhan merambat yang toleran terhadap teduhan, di tengah hutan
rimba.
Lalu, tumpangsari jenis mana yang paling potensial untuk diterapkan?
Menurut hemat kami, tumpangsari karet dengan pembibitan benih tanaman,
jahe-jahean atau rotan tadi, adalah yang terbaik untuk diterapkan.
Tumpangsari karet dengan kopi menurut pengamatan kami, hanya efektif
sebelum karet berumur sepuluh tahun. Setelah itu, kopi akan jarang
berbuah karena aslinya kopi memang tak terlalu toleran dengan teduhan
yang berlebihan.
Nah,
disaat kebanyakan orang sedang demam bertanam kelapa sawit secara
monokultur, anda bisa saja jadi pemenang dengan memilih melawan arus,
bertanam karet dengan tumpangsari. Why not?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar