Pilih Bertanam Lada Perdu atau Lada Panjat? (Edisi Lengkap)
.
.
Berdasarkan varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada
yang umum diusahakan di Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I,
petaling II,malonan I, lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I,
natar II, bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para
petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan bahwa macam
varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena rerata produksi dan
tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja. Yang lebih penting adalah bagaimana merawat
tanaman lada itu dengan sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada
pertanian intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam.
Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib adanya.
Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan.
.
Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan.
.
Berdasarkan
produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black pepper) dan lada
putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi asalnya adalah dari pohon
yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah hasil panenan yang kemudian
membedakannya. Ada pun lada putih dibuat dengan cara sebagai berikut :
Buah yang
dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini ditandai dengan sudah
kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada dalam satu tandan/tangkai
buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai
delapan bulan dihitung sejak pertama kali keluar bunganya.
Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni, lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik matahari. Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini.
.
Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih harganya bisa terpaut cukup jauh, karena itu biasanya petani menyimpan dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan saat membaiknya harga. Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah setelah disimpan sekian lama.
Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni, lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik matahari. Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini.
.
Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih harganya bisa terpaut cukup jauh, karena itu biasanya petani menyimpan dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan saat membaiknya harga. Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah setelah disimpan sekian lama.
Ada pun cara
membuat lada hitam adalah sebagai berikut :
Buah lada
dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam bulan. Cirinya
adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai mengeras tapi belum ada
yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan langsung dijemur sambil dibuang
tangkainya. Bila sudah kering, lada hitam langsung dijual atau disimpan dulu
menunggu harga membaik. Harga lada hitam lebih murah dibanding harga lada
putih.
Menurut
hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing
di internet, secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih
menguntungkan dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah
menghitung semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya
saja, beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk
dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan bijinya
besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih.
Ada pun lada
perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai berikut :
Lada panjat
adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan di Indonesia dan di dunia.
Bibitnya berasal dari stek (potongan batang) sulur panjat, dengan ciri setiap
buku ruasnya memiliki akar lekat atau calon akar lekat.
Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat
ini adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Membuat
bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah.
2.Lebih
jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena pangkal
batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh rimbun dedaunannya.
3.Perawatannya,
termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah.
4.Produksi
buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar lada panjat umur
lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada putih kering pertahun.
5.Umur
tanaman relatif lebih panjang.
6.Relatif
lebih tahan cekaman air.
B.Kekurangan.
1.Panen
perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun sampai tiga tahun
setelah tanam.
2.Harus
mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu mati; atau yang
paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat oleh lada membantu tanaman
lada mendapatkan tambahan asupan air dan unsur hara, terutama pada musim
kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada bertiang panjat (tajar) kayu hidup
terlihat lebih segar di musim kemarau dibanding tanaman lada yang bertajar cor
beton atau kayu mati. Jenis kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain
lamtoro (petai cina), gamal, kapuk randu atau kabu-kabu, dadap, kayu air, atau sengon.
Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga.
Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga.
3. Memanennya
harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya adalah tiga meter di atas
permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter, maka jarak tanam ideal adalah
2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar
adalah 4 meter, maka jarak tanam ideal adalah 3x3 meter.
Ada pun lada
perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Panen
perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun setengah setelah
tanam.
2.Tidak
membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa paduan bentuk
pohon cabai dengan ubi jalar.
3.Memanennya
lebih mudah, tidak membutuhkan tangga.
B.Kekurangan.
1.Membuat
bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu harga bibitnya
sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari potongan batang (stek) cabang
produksi atau cabang buah, yang cirinya adalah buku ruasnya tidak memiliki akar
lekat.
2.Lebih
rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena tanah perakaran
dan pangkal batang selalu tertutupi oleh
kerimbunan dedaunannya.
3.Pemupukan
dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting dan dedaunan lada
perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan penyangga berupa susunan
batu bata atau galang-galang dari kayu atau bambu agar cabang, ranting dan
dedaunan lada perdu ini tidak langsung menyentuh tanah. Cabang, ranting dan
dedaunan lada perdu yang dilekati tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit
jamur atau membusuk.
4.Produksi
buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari potensi produksi
lada panjat.
5.Umur
relatif lebih pendek.
6.Relatif kurang
tahan cekaman air.
Nah, dari
paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada mempertimbangkan jenis
lada yang akan dikembangkan. Janganlah terburu-buru mengambil keputusan,
apalagi hanya berdasarkan iklan para penjual bibit lada yang
menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada perdu tetapi tak pernah mau
menuliskan apa saja kekurangannya. Sama
seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau
memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap penyakit
busuk batang akibat jamur.
Jual Bibit Lada Panjat, harga Rp.7.000/batang. Hp.0813 7000 8997 |
Baik lada
perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah setahun sekali. Masa
panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni memanen buah yang cacat
akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya menjadi duluan kuning atau memerah.
Panen ini biasanya hanya sedikit. Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah
sudah menua dan sepertiga buah pertangkainya sudah menguning atau memerah;
tergantung varietas lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa, yakni panen
buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya juga hanya sedikit.
Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari.
Hama dan
penyakit.
Hama tanaman
lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan lalat buah yang
melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur didalamnya. Kesemuanya dapat
dikendalikan dengan aplikasi insektisida, baik yang kimia, organik maupun
mengunakan insektisida hayati. Di Indonesia, hama atas pada tanaman lada
bukanlah faktor utama penyebab menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi
musuh besar petani lada adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda,
umunya jenis radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar
tanaman lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan
jamur akar (biasanya jenis fusarium
solani dan fusarium oxysporum). Jika
akar sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau nutrisi.
Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan. Inilah sebabnya maka
petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning.
Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14 liter. Disemprotkan merata ke tanah perakaran lada. Sebagai catatan, mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini.
Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14 liter. Disemprotkan merata ke tanah perakaran lada. Sebagai catatan, mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini.
Aplikasi trichoderma atau gliocladium cukup dianjurkan untuk mengantisipasi penyakit ini.
Penyakit
pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling
sering menyerang tanaman lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang
(basal stem rot), yang disebabkan
oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit
ini umumnya menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena
itulah pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri
penyakit basal stem rot adalah pada
pangkal batang terlihat gelang menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi
daun juga ikut menghitam dan layu.
Tanaman yang
sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya dimusnahkan dengan
cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang belum kena harus segera diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan
cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik dan
fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya dalam tenggat
masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan perata yang banyak
dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka gunakan satu butir putih telur
ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki
semprot kapasitas 14 liter. Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran
tanaman lada. Cara membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru,
banyak dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram
kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan 5
liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya dicampur dengan
14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran tanaman lada. Endapan yang
ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo sendiri termasuk fungisida
kontak.
Penanggulangan
dengan cara hayati misalnya dengan
menanam penutup tanah arachis pintoi
dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada. Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi
penyebaran propagul (spora) jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga merupakan sumber
nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.
Pencegahan
penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan menaburkan biang jamur
musuh alami phytoptora capsici, yakni
jamur trichoderma harzianum dan jamur
gliocladium virens. Kedua agen hayati
pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan oleh
para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain bermerk
Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora
c ini dapat diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke
lapangan. Cara perbanyakan tertera di kemasan.
Membudidayakan
tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat harga lada putih dan
lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga tercatat terus merangkak naik dari
tahun ke tahun. Saat ini lada putih ada
di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa lalu yang
menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri sekitar 65% sampai 70% dari
harga lada putih. Jika bisa panen 1,5
ton saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja perkilogram,
maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek penanamnya dalam setiap tahun.
Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa
sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar pertahun.
Salam
sejahtera petani Indonesia!
#
#
Selamat bertemu. Kami menjual aneka bibit tanaman. Bibitnya masih tersedia. Silahkan pesan atau datang langsung.
Tani Muda Nursery. Alamat di Dusun 2 Desa Petatal, Lima Puluh, Batubara, Sumut. Jalan Lintas Medan-Kisaran km129. Depan rumah makan Minang Jaya, stasiun bus ALS. Dekat SPBU Petatal-Batubara. Sebelah kiri dari arah Medan. Dengan Muhammad Isnaini alias Bang Pilot. Hp/Wa 081370008997. Harga sangat bersahabat.
Ada bibit : durian kani harga 20rb, musang king 25rb, bintana20rb dan montong 20rb. Ada bibit aren genjah 5rb dan aren dalam 5rb. Kelapa hibrida, genjah dan kelapa dalam masing-masing 15rb. Pinang betara 7rb, pinang hibrida 10rb dan pinang kampung 3rb. Lada perdu 8rb dan lada panjat 7rb. Duku Palembang 20rb. Rambutan binjai brahrang 20rb. Asam gelugur 7rb. Mangga harum manis, lokmai dan tongdam masing-masing 15rb. Jambu madu 20rb, jambu citra 25rbdan jambu black kingkong 25rb. Bibit cengkeh zanzibar 8rb. Kakao alias coklat 8rb. Manggis asal biji 12 rb, manggis sambung pucuk 20rb. Sukun 10rb. Kemiri 7rb. Jeruk nipis 8rb. Melinjo 15rb. Sirsak madu 10rb. Alpukat mentega jumbo 20rb. Kecambah sawit dura, tenera dan dampi masing masing 1rb (seribu rupiah). Kedondong 20rb. Kelengkeng pungrao 20rb, aroma durian 25rb dan pingpong 25rb. Jambu jamaika 20rb. Jambu kristal 20rb. Mangga irwin 60rb. Mangga red brazil 50rb. Vanili planivolia 10rb. Anggur merah dan hijau dataran rendah 15rb. Kelapa pandan wangi.90rb. Dll.
Berdasarkan
varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada yang umum diusahakan di
Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I, petaling II,malonan I,
lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I, natar II,
bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para
petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan
bahwa macam varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena
rerata produksi dan tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja. Yang
lebih penting adalah bagaimana merawat tanaman lada itu dengan
sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada pertanian
intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam.
Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib
adanya. Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan
terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan
penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan.
Berdasarkan produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black
pepper) dan lada putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi
asalnya adalah dari pohon yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah
hasil panenan yang kemudian membedakannya. Ada pun lada putih dibuat
dengan cara sebagai berikut :
Buah yang dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini
ditandai dengan sudah kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada
dalam satu tandan/tangkai buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada
putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai delapan bulan dihitung sejak
pertama kali keluar bunganya. Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni,
lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan
kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi
dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit
buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan
mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji
lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya
berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik
matahari. Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari
bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini.
Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk
dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya
ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih
harganya bisa terpaut sangat jauh, karena itu biasanya petani menyimpan
dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan
saat membaiknya harga. Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga
tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama
penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat
higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa
teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah
setelah disimpan sekian lama.
http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg
http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg
Ada pun cara membuat lada hitam adalah sebagai berikut :
Buah lada dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam
bulan. Cirinya adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai
mengeras tapi belum ada yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan
langsung dijemur sambil dibuang tangkainya. Bila sudah kering, lada
hitam langsung dijual atau disimpan dulu menunggu harga membaik. Harga
lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih.
http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg
http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg
Menurut hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing di internet,
secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih menguntungkan
dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah menghitung
semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya saja,
beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk
dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan
bijinya besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih.
Ada pun lada perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai
berikut :
Lada panjat adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan
di Indonesia dan di dunia. Bibitnya berasal dari stek (potongan batang)
sulur panjat, dengan ciri setiap buku ruasnya memiliki akar lekat atau
calon akar lekat.
dokpri
dokpri
Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat ini adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah.
2.Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang,
karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh
rimbun dedaunannya.
3.Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah.
4.Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar
lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada
putih kering pertahun.
5.Umur tanaman relatif lebih panjang.
6.Relatif lebih tahan cekaman air.
B.Kekurangan.
1.Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun
sampai tiga tahun setelah tanam.
2.Harus mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu
mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat
oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan
unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada
bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau
dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis
kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina),
gamal, dadap, kayu air, atau sengon. Jarak antara titik tanam lada
dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah
Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas
setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup
tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah
juga.
3. Memanennya harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya
adalah tiga meter di atas permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter,
maka jarak tanam ideal adalah 2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu
membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar adalah 4 meter, maka jarak
tanam ideal adalah 3x3 meter.
Ada pun lada perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai
berikut :
A.Kelebihan.
1.Panen perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun
setengah setelah tanam.
2.Tidak membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa
paduan bentuk pohon cabai dengan ubi jalar.
3.Memanennya lebih mudah, tidak membutuhkan tangga.
B.Kekurangan.
1.Membuat bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu
harga bibitnya sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari
potongan batang (stek) cabang produksi atau cabang buah, yang cirinya
adalah buku ruasnya tidak memiliki akar lekat.
dokpri
dokpri
2.Lebih rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang,
karena tanah perakaran dan pangkal batang selalu tertutupi oleh
kerimbunan dedaunannya.
3.Pemupukan dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting
dan dedaunan lada perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan
penyangga berupa susunan batu bata atau galang-galang dari kayu atau
bambu agar cabang, ranting dan dedaunan lada perdu ini tidak langsung
menyentuh tanah. Cabang, ranting dan dedaunan lada perdu yang dilekati
tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit jamur atau membusuk.
4.Produksi buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari
potensi produksi lada panjat.
5.Umur relatif lebih pendek.
6.Relatif kurang tahan cekaman air.
Nah, dari paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada
mempertimbangkan jenis lada yang akan dikembangkan. Janganlah
terburu-buru mengambil keputusan, apalagi hanya berdasarkan iklan para
penjual bibit lada yang menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada
perdu tetapi tak pernah mau menuliskan apa saja kekurangannya. Sama
seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau
memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap
penyakit busuk batang akibat jamur.
dokpri
dokpri
Baik lada perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah
setahun sekali. Masa panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni
memanen buah yang cacat akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya
menjadi duluan kuning atau memerah. Panen ini biasanya hanya sedikit.
Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah sudah menua dan sepertiga
buah pertangkainya sudah menguning atau memerah; tergantung varietas
lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa,
yakni panen buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya
juga hanya sedikit. Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari.
Hama dan penyakit.
Hama tanaman lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan
lalat buah yang melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur
didalamnya. Kesemuanya dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida,
baik yang kimia, organik maupun mengunakan insektisida hayati. Di
Indonesia, hama atas pada tanaman lada bukanlah faktor utama penyebab
menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi musuh besar petani lada
adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda, umunya jenis
radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar tanaman
lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan jamur
akar (biasanya jenis fusarium solani dan fusarium oxysporum). Jika akar
sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau
nutrisi. Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan.
Inilah sebabnya maka petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning.
Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida
khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling
populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain
bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi
bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat
menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun
mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk
rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14
liter. Disemprotkan merata ke tanah perakaran lada. Sebagai catatan,
mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati.
Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini.
Penyakit pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur
merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling sering menyerang tanaman
lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot),
yang disebabkan oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit ini umumnya
menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena itulah
pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri
penyakit basal stem rot adalah pada pangkal batang terlihat gelang
menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi daun juga ikut menghitam
dan layu.
dokpri
dokpri
Tanaman yang sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya
dimusnahkan dengan cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang
belum kena harus segera diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan
cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik
dan fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya
dalam tenggat masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan
perata yang banyak dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka
gunakan satu butir putih telur ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc
lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki semprot kapasitas 14 liter.
Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran tanaman lada. Cara
membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru, banyak
dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram
kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan
5 liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya
dicampur dengan 14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran
tanaman lada. Endapan yang ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo
sendiri termasuk fungisida kontak.
Penanggulangan dengan cara hayati misalnya dengan menanam penutup tanah
arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada.
Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora)
jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga
merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.
Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan
menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur
trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati
pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan
oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain
bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat
diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara
perbanyakan tertera di kemasan.
Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat
harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga
tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Saat ini lada putih
ada di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa
lalu yang menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri
sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih. Jika bisa panen 1,5 ton
saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja
perkilogram, maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek
penanamnya dalam setiap tahun. Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa
sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar
pertahun.
Salam sejahtera petani Indonesia!
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangpilot/pilih-bertanam-lada-perdu-atau-lada-panjat-edisi-lengkap_586cb36daa23bdc706f5dce4
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangpilot/pilih-bertanam-lada-perdu-atau-lada-panjat-edisi-lengkap_586cb36daa23bdc706f5dce4
Berdasarkan
varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada yang umum diusahakan di
Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I, petaling II,malonan I,
lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I, natar II,
bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para
petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan
bahwa macam varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena
rerata produksi dan tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja. Yang
lebih penting adalah bagaimana merawat tanaman lada itu dengan
sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada pertanian
intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam.
Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib
adanya. Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan
terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan
penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan.
Berdasarkan produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black
pepper) dan lada putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi
asalnya adalah dari pohon yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah
hasil panenan yang kemudian membedakannya. Ada pun lada putih dibuat
dengan cara sebagai berikut :
Buah yang dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini
ditandai dengan sudah kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada
dalam satu tandan/tangkai buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada
putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai delapan bulan dihitung sejak
pertama kali keluar bunganya. Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni,
lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan
kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi
dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit
buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan
mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji
lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya
berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik
matahari. Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari
bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini.
Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk
dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya
ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih
harganya bisa terpaut sangat jauh, karena itu biasanya petani menyimpan
dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan
saat membaiknya harga. Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga
tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama
penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat
higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa
teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah
setelah disimpan sekian lama.
http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg
http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg
Ada pun cara membuat lada hitam adalah sebagai berikut :
Buah lada dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam
bulan. Cirinya adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai
mengeras tapi belum ada yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan
langsung dijemur sambil dibuang tangkainya. Bila sudah kering, lada
hitam langsung dijual atau disimpan dulu menunggu harga membaik. Harga
lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih.
http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg
http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg
Menurut hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing di internet,
secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih menguntungkan
dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah menghitung
semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya saja,
beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk
dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan
bijinya besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih.
Ada pun lada perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai
berikut :
Lada panjat adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan
di Indonesia dan di dunia. Bibitnya berasal dari stek (potongan batang)
sulur panjat, dengan ciri setiap buku ruasnya memiliki akar lekat atau
calon akar lekat.
dokpri
dokpri
Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat ini adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah.
2.Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang,
karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh
rimbun dedaunannya.
3.Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah.
4.Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar
lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada
putih kering pertahun.
5.Umur tanaman relatif lebih panjang.
6.Relatif lebih tahan cekaman air.
B.Kekurangan.
1.Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun
sampai tiga tahun setelah tanam.
2.Harus mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu
mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat
oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan
unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada
bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau
dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis
kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina),
gamal, dadap, kayu air, atau sengon. Jarak antara titik tanam lada
dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah
Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas
setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup
tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah
juga.
3. Memanennya harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya
adalah tiga meter di atas permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter,
maka jarak tanam ideal adalah 2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu
membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar adalah 4 meter, maka jarak
tanam ideal adalah 3x3 meter.
Ada pun lada perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai
berikut :
A.Kelebihan.
1.Panen perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun
setengah setelah tanam.
2.Tidak membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa
paduan bentuk pohon cabai dengan ubi jalar.
3.Memanennya lebih mudah, tidak membutuhkan tangga.
B.Kekurangan.
1.Membuat bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu
harga bibitnya sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari
potongan batang (stek) cabang produksi atau cabang buah, yang cirinya
adalah buku ruasnya tidak memiliki akar lekat.
dokpri
dokpri
2.Lebih rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang,
karena tanah perakaran dan pangkal batang selalu tertutupi oleh
kerimbunan dedaunannya.
3.Pemupukan dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting
dan dedaunan lada perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan
penyangga berupa susunan batu bata atau galang-galang dari kayu atau
bambu agar cabang, ranting dan dedaunan lada perdu ini tidak langsung
menyentuh tanah. Cabang, ranting dan dedaunan lada perdu yang dilekati
tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit jamur atau membusuk.
4.Produksi buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari
potensi produksi lada panjat.
5.Umur relatif lebih pendek.
6.Relatif kurang tahan cekaman air.
Nah, dari paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada
mempertimbangkan jenis lada yang akan dikembangkan. Janganlah
terburu-buru mengambil keputusan, apalagi hanya berdasarkan iklan para
penjual bibit lada yang menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada
perdu tetapi tak pernah mau menuliskan apa saja kekurangannya. Sama
seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau
memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap
penyakit busuk batang akibat jamur.
dokpri
dokpri
Baik lada perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah
setahun sekali. Masa panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni
memanen buah yang cacat akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya
menjadi duluan kuning atau memerah. Panen ini biasanya hanya sedikit.
Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah sudah menua dan sepertiga
buah pertangkainya sudah menguning atau memerah; tergantung varietas
lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa,
yakni panen buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya
juga hanya sedikit. Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari.
Hama dan penyakit.
Hama tanaman lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan
lalat buah yang melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur
didalamnya. Kesemuanya dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida,
baik yang kimia, organik maupun mengunakan insektisida hayati. Di
Indonesia, hama atas pada tanaman lada bukanlah faktor utama penyebab
menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi musuh besar petani lada
adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda, umunya jenis
radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar tanaman
lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan jamur
akar (biasanya jenis fusarium solani dan fusarium oxysporum). Jika akar
sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau
nutrisi. Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan.
Inilah sebabnya maka petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning.
Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida
khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling
populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain
bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi
bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat
menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun
mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk
rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14
liter. Disemprotkan merata ke tanah perakaran lada. Sebagai catatan,
mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati.
Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini.
Penyakit pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur
merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling sering menyerang tanaman
lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot),
yang disebabkan oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit ini umumnya
menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena itulah
pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri
penyakit basal stem rot adalah pada pangkal batang terlihat gelang
menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi daun juga ikut menghitam
dan layu.
dokpri
dokpri
Tanaman yang sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya
dimusnahkan dengan cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang
belum kena harus segera diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan
cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik
dan fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya
dalam tenggat masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan
perata yang banyak dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka
gunakan satu butir putih telur ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc
lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki semprot kapasitas 14 liter.
Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran tanaman lada. Cara
membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru, banyak
dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram
kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan
5 liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya
dicampur dengan 14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran
tanaman lada. Endapan yang ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo
sendiri termasuk fungisida kontak.
Penanggulangan dengan cara hayati misalnya dengan menanam penutup tanah
arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada.
Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora)
jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga
merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.
Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan
menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur
trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati
pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan
oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain
bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat
diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara
perbanyakan tertera di kemasan.
Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat
harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga
tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Saat ini lada putih
ada di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa
lalu yang menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri
sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih. Jika bisa panen 1,5 ton
saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja
perkilogram, maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek
penanamnya dalam setiap tahun. Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa
sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar
pertahun.
Salam sejahtera petani Indonesia!
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangpilot/pilih-bertanam-lada-perdu-atau-lada-panjat-edisi-lengkap_586cb36daa23bdc706f5dce4
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangpilot/pilih-bertanam-lada-perdu-atau-lada-panjat-edisi-lengkap_586cb36daa23bdc706f5dce4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar