Krisis ekonomi mulai melanda Indonesia dan sebagian
negara-negara lainnya. Salah satu sebabnya adalah karena harga minyak mentah dan
batu bara jatuh ke titik nadir, seiring Amerika menemukan ladang minyak dan gas
baru yang bernama Shale. Inggris juga disebut-sebut ada menemukan ladang minyak
baru dengan potensi kandungan minyak bumi 100 miliar barrel, di dekat bandara
Gatwick, sekitar 47,5 kilometer dari
London.
Penurunan harga bahan bakar fosil itu pun lalu diikuti
dengan anjloknya harga berbagai komoditi lainnya, termasuk karet dan CPO (crude
palm oil/minyak sawit mentah). Jatuhnya harga kedua komoditi perkebunan itu
tidaklah mengherankan, karena karet dan CPO memang terkait erat dengan minyak
bumi dalam industri pembuatan ban dan bio diesel.
Harga lateks/getah karet satu hari ditingkat pekebun saat
ini berkisar antara Rp.5.000-5.500/kg, sedangkan harga TBS (tandan buah segar
sawit)di tingkat pekebun plasma adalah Rp.1.100/kg. Yang menyedihkan, harga TBS
milik pekebun rakyat, saat ini hanya dihargai Rp.600-650/kg. Setidaknya itulah
yang terjadi di Sumatera Utara dan Riau.
Dari beberapa penelpon yang menghubungi penulis, di sebagian
daerah lainnya keadaannya malah lebih parah. Harga TBS hanya tersisa di level
Rp.400/kg, dari sebelumnya Rp.1.350/kg.
Petani pekebun menjerit. Daya beli masyarakat pun menurun
tajam. Pasar-pasar sepi. Pabrik dan industri juga mulai mem-PHK karyawannya,
karena tak mampu menutupi biaya produksi akibat minimnya order. Yang punya
hajatan pun urung melaksanakan pesta, khawatir calon tamu tak punya uang untuk
menyumbang.
Lalu, apa solusi?
Untuk pemerintah, sebaiknya sesegera mungkin lebih
memperhatikan sektor riil. Usaha mikro, kecil dan menengah yang dulu terbukti
menjadi motor penggerak dan penyelamat ekonomi bangsa saat terjadi badai krisis
moneter, harus dibantu dan diperkuat.
Pemerintah jangan lagi hanya berkutat di sektor makro, semisal buy back saham
BUMN, karena efeknya tidak akan langsung terasa bagi masyarakat. Saat kemampuan
beli negara sangat terbatas, buy back itu hanya menjadi ibarat menggarami
lautan, kata Faisal Basri, seorang Kompasianer kesohor dari Jakarta. Uang 10
trilyun Rupiah yang dicadangkan untuk membeli kembali saham BUMN itu tidak akan
memberi efek penguatan ekonomi Indonesia, di tengah-tengah kapitalisasi valas
dan stock yang sudah mengglobal.
Untuk petani dan pekebun, segeralah melakukan diversifikasi
tanaman. Jangan lagi hanya menggantungkan periuk nasi pada karet dan sawit. Ada
banyak sekali jenis tanaman lainnya yang harga jualnya lebih bebas dari
pengaruh naik turunnya harga minyak bumi. Produk dari tanaman-tanaman itu
terbukti harganya tidak pernah mengalami penurunan terlalu signifikan, artinya,
meski pun harganya turun tetapi masih tetap menguntungkan untuk dikelola.
Di lain sisi, beberapa produk pertanian dan perkebunan juga
punya keunggulan lain dibandingkan dengan kelapa sawit. Lada putih misalnya.
Petani bisa menyimpannya dalam masa yang cukup lama, menunggu harga membaik,
jika diperlukan. Berbeda dengan TBS sawit, yang sama sekali tak punya masa
simpan. Dua puluh empat jam saja
terlambat sampai ke PKS (pabrik kelapa sawit), kadar asam dalam TBS sudah naik
tinggi hingga CPO-nya tak layak dijadikan bahan makanan manusia. CPO yang begini biasanya hanya akan dijadikan
bahan baku pembuatan bio diesel.
Apa saja jenis tanaman yang potensial menggantikan karet dan
sawit? Berikut disampaikan tabel hasil rerata brutto berbagai jenis tanaman
yang familiar dibudidayakan di Indonesia.
###
Pembeli sebaiknya datang langsung. Kalau mau dikirim, juga bisa. Harga blm termasuk ongkir. Ongkir ditanggung pembeli. Trims.
Selamat bertemu. Kami menjual aneka bibit atau benih tanaman. Bibitnya masih tersedia. Silahkan pesan atau datang langsung.
Tani Muda Nursery. Alamat di Dusun 2 Desa Petatal, Lima Puluh, Batubara, Sumatera Utara alias Sumut. Jalan Lintas Medan-Kisaran km129. Depan rumah makan Minang Jaya, stasiun bus ALS. Dekat SPBU Petatal-Batubara. Sebelah kiri dari arah Medan. Dengan Muhammad Isnaini alias Bang Pilot. Hp/Wa 081370008997. Harga sangat bersahabat.
Ada bibit : durian kani harga 20rb, musang king 25rb, bintana20rb dan montong 20rb. Ada bibit aren genjah 5rb dan aren dalam 5rb. Kelapa hibrida, genjah dan kelapa dalam masing-masing 15rb. Pinang betara 7rb, pinang hibrida 10rb dan pinang kampung 3rb. Lada perdu 8rb dan lada panjat 7rb. Duku Palembang 20rb. Rambutan binjai brahrang 20rb. Asam gelugur 7rb. Mangga harum manis, lokmai dan tongdam masing-masing 15rb. Jambu madu 20rb, jambu citra 25rbdan jambu black kingkong 25rb. Bibit cengkeh zanzibar 8rb. Kakao alias coklat 8rb. Manggis asal biji 12 rb, manggis sambung pucuk 20rb. Sukun 10rb. Kemiri 7rb. Jeruk nipis 8rb. Melinjo 15rb. Sirsak madu 10rb. Alpukat mentega jumbo 20rb. Kecambah sawit dura, tenera dan dampi masing masing 1rb (seribu rupiah). Kedondong 20rb. Kelengkeng pungrao 20rb, aroma durian 25rb dan pingpong 25rb. Jambu jamaika 20rb. Jambu kristal 20rb. Mangga irwin 60rb. Mangga red brazil 50rb. Vanili planivolia 10rb. Anggur merah dan hijau dataran rendah 15rb. Kelapa pandan wangi.90rb. Bibit sawit tenera dan dura siap tanam umur setahun 13rb, baby sawit kecil umur 5 bln rp,1.500. Bibit singkong gajah rp.700/stek 25cm. Dll.
Pembeli sebaiknya datang langsung. Kalau mau dikirim, juga bisa. Harga blm termasuk ongkir. Ongkir ditanggung pembeli. Trims.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar