Senin, 10 Maret 2014

Cara Mengatasi Serangan Babi Hutan Pada Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman sawit hancur akibat serangan babi hutan
Tanaman sawit hancur
Mengatasi serangan babi hutan bukanlah perkara mudah. Mengendalikan hama bermoncong panjang dan kuat ini jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan mengatasi serangan tikus atau landak
Tingkat kesulitan mengendalikan babi hutan ini cukup tinggi dan butuh biaya ekstra,  karena tubuh babi yang lebih besar, tenaganya yang sangat kuat, dan kemampuan menggali tanahnya yang luar biasa. Jika babi mau, ia bisa menumbangkan sepohon kayu tegak sebesar paha orang dewasa, dengan cara menggali tanah tempat tumbuhnya.
babi hutan
babi hutan
Nah, apabila lahan anda yang akan ditanami kelapa sawit atau tanaman lain ada babi hutannya, maka terlebih dahulu harus diupayakan penanggulangan akan kemungkinan serangan hama itu.
Pemagaran tiap pohon sawit yang baru ditanam dengan kayu-kayu kecil tidaklah banyak membantu, karena babi memiliki kekuatan penghancur yang cukup kuat.
anak-sawit
Cara paling efektif dan murah adalah dengan memagari sekeliling lahan dengan tanaman salak yang banyak berduri panjang-panjang.
salak 1
Saat kecambah bibit sawit mulai ditanamkan ke polibag persemaiannya, maka mulai jugalah semai bibit salak.
Setahun kemudian, bibit salak sudah bisa ditanamkan di sekeliling lahan, jarak tanam 35-40 cm, atau tergantung besar anakan salak. Yang menjadi perhitungan adalah, setahun kemudian barisan tanaman salak sudah menyatu, hingga tak ada celah bagi babi untuk masuk.
Nah, saat bibit sawit sudah berumur dua tahun, adalah umur yang tepat untuk ditanamkan ke lahan yang memiliki sejarah serangan tikus, landak dan babi hutan.
Babi hutan dan landak sudah dipagar dengan salak berduri, sedangkan tikus sudah tak berdaya menghadapi besar dan kerasnya batang anak sawit umur dua tahun.
Sekarang anda sudah bisa memiliki sebidang kebun yang aman dari serangan hama pengerat. Dan anda bisa juga menikmati manis dan renyahnya buah salak yang berasal dari pohon yang anda tanam, meski pun awalnya hanya sebagai pagar hidup pelindung lahan.
salak lebat

Sebenarnya, masih ada cara lain yang cukup efektif untuk mengurangi efek destruktif dari babi hutan. Hanya saja cara ini butuh modal yang lebih banyak untuk pekerjaan.

Bibit kelapa sawit di tanam di dalam lubang ukuran panjang 50 cm, lebar 50 dan dalam 40 cm. Lalu didasar  lubang dibuat lubang lagi untuk menanam bibit. Lubang yang besar dibiarkan atau tidak ditimbun. Dengan cara ini babi hutan akan kesulitan menjangkau batang bawah bibit sawit. Babi tak punya pijakan untuk beraksi. Jika babi nekad, maka babi akan terperosok dan hidungnya tertusuk duri sawit.

Cara ini sudah terbukti efektif kami praktekkan di Bagan Siapi-api.


Cara yang paling umum dilakukan orang adalah dengan menanam bibit sawit yang sudah berumur 2 tahun. 1/3 bagian bibit sebelah atas dipangkas, lalu ditanam dengan cara memendam sejengkal batang bawah.
Jadi, bagian akar dan sejengkal bagian batang bawah ada di dalam tanah.

Kesulitannya adalah jarang sekali ada dijual bibit sawit umur 2 tahun. Kalau pun ada, harganya lumayan mahal. Jika bibit sawit non sertifikat umur setahun harganya 14.000 rupiah, bibit umur dua tahun bisa seharga 24.000 rupiah perpokok.

Ada satu lagi cara mengendalikan hama babi hutan, yakni dengan mengunakan racuh hama. Ada merk thimex, thiodan, pospit, dll. Biasanya diterapkan di lapangan dengan menggunakan pengumpan. Cara membuat pengumpan : rebus singkong. Angkat lalu tumbuk dan campur dengan belacan. Tumbuk sampai menjadi seperti getuk. Angkat dan taruh di atas wadah usang. Pakailah sarung tangan karet dan penutup hidung. Uleni getuk dengan rotensida/racun hama sampai merata. Bentuk jadi bole-bola kecil sebesar buah duku. Jemur hingga kering. Sebar ke lapangan yang banyak hama babi hutannya. Tutupi dengan sehelai daun agar tidak luruh terkena hujan. Buatlah plang bertuliskan : AWAS RACUN !

Phospit dapat pula diaplikasikan dengan cat tembok berbahan dasar air. Campur 1 kg phospit dengan 5 liter cat tembok warna putih atau merah, lalu kuaskan ke pangkal batang dan pelepah bibit kelapa sawit sebelum ditanam. Takaran ini untuk sekitar 500 batang bibit kelapa sawit umur setahun. Jika dimaksudkan untuk meracun babi, maka phospit diganti dengan timex. Phospit lebih kepada penangkalan lewat baunya yang tak disukai oleh babi hutan, dan secara berjangka harus dilakukan pengecatan ulang. Biasanya setiap 3 bulan. Ini berbeda dengan penerapan timex. Selagi catnya masih ada dan tidak luntur, maka racun masih aktif.




Cara yang paling mudah, murah dan bertahan lama adalah dengan mengantungkan gumpalan rambut manusia ke tiap pohon sawit yang baru ditanam. Gumpalan  rambut yang didapat dari para tukang pangkas itu diikat dengan 2 buah karet gelang lalu diikat dua lingkaran dengan kawat beton yang ujungnya dibengkokkan untuk pengait. Babi takut dengan rambut manusia karena menurut penciumannya yang tajam itu, rambut manusia berbau manusia. Sekedar diketahui, babi hutan memang sangat takut berjumpa dengan manusia.



Cara lain yang paling banyak dipraktekkan di lapangan adalah dengan membalut pangkal batang bibit sawit dengan potongan seng atau potongan kawat kandang ayam ukuran 30x30 cm. Seng lalu diikat dengan kawat beton di dua atau tiga titik. Ikatannya jangan dimatikan. Kawat dibuat agak panjang agar setiap 3 bulan dapat dilonggarkan sedikit.
Jika menggunakan cara ini, bibit sawit harus ditanam agak dalam. Memang akan berpengaruh pada agak lambatnya pertumbuhan, tetapi ini jauh lebih baik ketimbang harus menyisip tanaman berkali kali.

Demikian kami tuliskan, silahkan diaplikasikan ke lapangan, metode mana yang dianggap paling cocok.