Minggu, 15 Desember 2013

Pilih Jati, Jabon, Sengon, Mahoni, Gaharu, Cendana atau Aren?



Di antara sekian banyak pilihan tanaman keras di atas, hanya satu hal yang paling penting diperhitungkan. Selain masalah kemudahan budi daya, masalah harga, ijin dari birokrasi, dan lain-lain tetek bengek, maka menurut hemat saya, yang terpenting adalah : kemana menjual hasil tanaman itu. Atau, siapa yang mau membelinya?

Lima enam tahun yang lalu adalah masa kejayaan tanaman jati, jabon, sengon, mahoni, gaharu, cendana, anthurium, anggrek dan tanaman lainnya. Kini masa keemasan itu sudah berakhir. Sebagian besar dengan noda kekecewaan. Mengapa? Karena ternyata,  pemasaran produk akhir tanaman itu tak seindah janji dan promosi yang dulu gencar dilakukan.  

Janji dan perhitungan muluk-muluk dari pemerintah, dan terlebih lagi dari para penjual bibit tanaman itu, berbuah kepahitan. Petani tersadar saat jarang sekali ada orang yang mau membeli tanaman yang sudah terlanjur dibudidayakan mereka. Kalau pun ada, harga yang ditawarkan jauh di bawah nilai yang dulu digembar-gemborkan. Banyak pihak petani yang mengaku merugi, dan gigit jari. Impian indah berubah menjadi kecewa dan air mata. Sementara pihak yang dulu gemar mempromosikan tanaman ini dan itu, kini menghilang tanpa jejak.

Lalu, apa lagi?
Lalu saya sarankan untuk kembali ke dasar. Menanam tanaman yang hasilnya sejak zaman bahuela banyak dikonsumsi orang dan mudah memasarkannya. Serta yang nilai ekonominya cukup bagus.

Tanaman apa itu?
Aren yang ditumpangsarikan dengan singkong gajah.

Siapa yang tak tahu gula aren atau gula merah? Siapa pula yang tak mengenal keripik singkong, tepung ubi, gaplek tiwul getuk lindri, atau sekarang tepung singkong baru yang bervarian menjadi mocaf?

Gula merah dan ubi segar, tak perlu menunggu eksportir dari negeri antah berantah sebagai pembelinya, anda jual kepada tetangga saja pun, dijamin laku. Bawa ke pasar terdekat, kerumunan pembeli dan agen akan segera menghampiri.

Soal nilai ekonomi, jangan ditanya. Sudah jelas sangat menguntungkan. Satu hektar tanaman singkong gajah yang dirawat dengan baik, minimal akan menghasilkan 100 ton ubi segar, seharga 65 juta rupiah (harga pabrik). Dikurangi modal awal dan upah panen total sebesar 15 juta rupiah, petani masih kebagian 50 juta rupiah per 10 bulan. Itu artinya penghasilan petani sama dengan 5 juta perbulan. Padahal menanam singkong gajah dalam satu periode hanya membutuhkan maksimal 60 hari kerja. Delapan bulan yang lain, petani silahkan mencari kegiatan lainnya.

Pada tahun ke tujuh, saat aren sudah mulai menghasilkan, maka tentu pendapatan petani menjadi berlipat-lipat. 100 pohon aren yang mulai disadap, dari 200 pohon perhektar yang ditanam, juga memberikan pekerjaan kepada paling tidak 7 orang pengangguran lainnya. Karena kemampuan penyadap aren hanya mampu menyadap sekitar 15 pohon saja, setiap hari, pagi dan sore. Percaya atau tidak, seorang petani aren tak akan kesulitan menggaji para penyadap arennya dengan gaji bulanan rp.3 juta perorang perbulan. Dan petani itu sendiri akan mendapatkan uang sebesar 7 x 3juta = 21 juta perbulan.

Bagaimana perhitungannya?
Sudah kami tulis dalam artikel sebelumnya, silahkan dirunut.

Atau, anda hanya punya tanah bergambut dengan keasaman lumayan tinggi?  Ya sudah, tanami dengan kelapa sawit saja. Toh, sudah banyak yang berhasil.

 READY STOCK : KECAMBAH BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR
KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.
BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.
BIBIT KECAMBAH AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

BIJI BIBIT JATI SUPER RP.125.000/KG. ISI RIBUAN BENIH.
HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI.

Foto-foto Tanaman









Plus Minus Bertanam Gaharu

Sore itu, Bang Pilot yang tengah berjalan celingukan mencari pohon pisang yang terserang jamur fusarium sp. di sekitaran desa Peret Legit, bertemu dengan Arke di depan rumahnya. Arke yang sedang aktif mencari kutu di kepala Markonah, istri keempatnya, tiba-tiba berseru memanggil.
“Bang.., mampir sini. Saya ada sedikit pertanyaan yang penting. Tentang pertanian. Mau tanya-tanya soal tanaman gaharu”.
Bang Pilot, dengan senyumnya yang galau tetapi indah menawan, segera singgah.
“Emang ente mau tanya apa, Rab?”
Maka bertanyalah Arke dengan penuh antusias.
Tanya : Bang, apakah pohon gaharu itu ada?
Jawab : tidak ada.Yang ada adalah pohon penghasil gaharu. Selanjutnya kita sebut PPG.
-Jadi, gaharu itu apa?
-Gaharu adalah bagian batang kayu yang berubah menjadi gubal atau karas. Gubal ini warnanya coklat kehitaman, kalau dibakar baunya harum.
1386952731143464646
Gubal Gaharu
-Ada berapa jenis PPG?
-Ada 27 jenis atau spesies.
-Jenis apa yang terbaik?
-Untuk Indonesia, kami sarankan jenis aquilaria malaccensis.
-Mengapa pilih aquilaria malaccensis?
-Karena PPG jenis ini adalah tanaman endemik Nusantara, dan gaharunya berharga mahal karena disukai masyarakat di negara konsumen. Konsumen umumnya adalah masyarakat Timur Tengah, China dan Korea. Gaharu dipergunakan sebagai pengharum ruangan, bahan obat dan bahan kosmetik.
-Bagaimana membedakan jenis-jenis PPG?
-Belajarlah langsung di lapangan, dengan seorang ahli gaharu yang jujur. Hampir semua jenis PPG itu sangat mirip secara fisik satu sama lain. Dan di luar sana, ada banyak penjual bibit PPG yang kurang jujur.
-Apa yang membuat batang pohon itu berubah menjadi gaharu?
-Jamur, atau cendawan, atau fungi atau fungus. Umumnya jamur fusarium sp. Gaharu bisa terjadi secara alami, namun sangat jarang. Sekarang gubal gaharu dipaksa terbentuk dengan cara inokulasi, atau penyuntikan spora jamur fusarium sp. Batang pohon dibor, lalu cairan inokulan diinfuskan. Satu batang pohon membutuhkan 3-5 liter cairan inokulan.
-Berapa harga inokulan itu?
-Antara rp.400.000-700.000/liter.
-Koq mahal amat? Kan cuma jamur?
-Tanya sama pembuat dan penjual inokulan itu.
-Jadi, satu pohon, untuk inokulasinya saja bisa menghabiskan uang tiga jutaan? Kalau petani punya seratus pohon, bisa habis berapa?
-Hitung saja sendiri. Ente kan jago kali-kali, tapi susah kalau diajak bagi-bagi.
(Arke nyengir…eh.., mewek).
-Berapa pula harga bibit PPG?
-Ada yang rp.2.500, ada yang rp.50.000 per pokok.
-Koq jauh banget selisihnya?
-Tanya sama pembuat dan penjual bibit pohon penghasil gaharu itu. Misalnya sama mas Bain, yang tiap sore keliling naik onthel jualan tiwul millenium tjap boelan poernama.
(ora nyambung pisan euy…).
-Selain gaharu, apa produk lain yang bisa dihasilkan?
-Kemedangan, abu gaharu dan kayu tetelan. Kemedangan adalah karas gaharu yang setengah  jadi, kalau dibakar baunya agak harum. Abu gaharu adalah serpihan gergajian kayu dan tetelan adalah kayu  kecil-kecil hasil pemisahan gaharu dengan kayu. Abu dan tetelan biasanya disuling untuk mendapatkan minyak gaharu.
138695290243968354
Kamedangan
-Emang berapa harga gubal gaharu?
-Tidak ada harga pasaran yang jelas. Gaharu alami ada yang dihargai rp.300 juta per kilogram. Gaharu hasil inokulan ada yang bernilai 30 juta rupiah/kg. Ada juga yang cuma beberapa ratus ribu saja.
Kemedangan atau medang biasanya bernilai antara 30.000, 200.000 atau 500.000 rupiah per kilogram. Dan abu atau tetelan sekitar 3.000-15.000/kg. Tetapi umumnya di Indonesia, abu dan tetelan PPG tidak laku, karena jarang ada pabrik penyulingan minyak gaharu. Yang banyak itu, di Malaysia.
-Lho…lho…itu harga gaharunya koq bisa begitu? Bedanya kayak rumah kumuh bapaknya Markonah berbanding dengan istana presiden esbeye?
-Di dunia gaharu, ada banyak penipu. Baik penjual mau pun pembeli. Klasifikasi atau grade-nya yang beragam dan tidak jelas, pengetahuan petani yang minim dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap budidaya dan peredaran gaharu, membuat tidak adanya kepastian harga. Di situlah para spekulan bermain.
-Ada yang bilang, PPG itu, kayunya saja laku seharga rp.50.000/kg. Gimana tuh?
-Itu yang bilang tukang jual bibit gaharu, kan? Memangnya dia mau beli dengan harga segitu? Promosi mbok yang wajar-wajar saja kenapa.
-Bagaimana solusinya, bila petani mau bertanam gaharu?
-Pertama, buat asosiasi dulu. Semacam perkumpulan sesama petani gaharu. Lalu daftarkan ke dishutbun pemda setempat. Selanjutnya minta pihak terkait untuk melakukan penyuluhan tentang budidaya PPG. Sekalian minta solusi pengadaan inokulan dan pemasaran gubal gaharu bila sudah menghasilkan kelak.
-Lha, kalau pemda tidak sanggup, sementara petani tidak punya uang untuk membeli inokulan, gimana?
-Ya tak usyah menanam gaharu, tanaman yang lain kan masih banyak.
-Apa inokulan itu tidak bisa dibuat sendiri?
-Pada dasarnya bisa. Hanya saja tentu perlu pengetahuan dan penelitian yang mendalam. Membiakkan fusarium sp bukanlah perkara sulit, hanya saja jarang ada insinyur dari pihak dinas terkait yang menguasainya. Paling-paling mereka hanya akan merekomendasikan untuk membeli di sana dan di sono.
***
Sejurus kemudian, keluar Markonah, yang terlihat makin bohay dengan bibir dower hasil operasi plastik itu, membawa nampan berisi dua cangkir kopi panas. Setelah meletakkan cangkir kopi, Markonah berlalu dengan pantatnya yang megal-megol kayak kuda lumping.
***
Arke : Bang Pilot kan pinter, coba dong usahain bikin inokulan, lalu jual kepada petani dengan harga murah.
Bang Pilot : Ide dasarnya sudah ada, yaitu membiakkan fusarium sp di kaldu kentang dengan glukosa 2%. Beberapa formula lain juga sudah disusun. Masalahnya, saya tidak punya PPG siap inokulasi untuk media uji coba.
-O ya Bang, berapa lama tenggang waktu antara inokulasi dengan timbulnya gejala berhasil atau gagal?
-Sekitar 60 hari. Bila kayu yang disuntik terlihat berwarna kuning kecoklatan, dan dibakar berbau agak harum, maka hampir pasti inokulasi berhasil.
-Kan ada teman kompasianer Bang Pilot, yakni Tunas Gaharu Magelang. Diajak kerjasama tuh, gimana?
-Sudah, tapi beliau masih malu-malu.
-Saya kepingin banget membudidayakan gaharu, tapi gak yakin kelak mampu membeli inokulan. Emang berapa tahun usia tanam PPG sudah bisa diinokulasi?
-Umur lima tahun. Atau saat diameter batang bawah sudah 15 cm. Panen tebang umur delapan tahun. Sebaiknya umur sepuluh tahun. Satu pohon bisa menghasilkan gubal gaharu antara 0,5 sd. 10 kg. Kamedangan antara 3 sd. 15 kg. Kalau kayunya, bisa puluhan kg.
-Apakah harus ada izin untuk membudidayakan PPG?
-Ya, ada. Dan gratis. Urus di dishutbun setempat. Buat secara kolegial saja, atas nama asosiasi.
-Itu…Bang…, engg… koq ada pedagang gaharu yang ditangkap polisi?
-Pedagang gaharu wajib memiliki izin perniagaan gaharu. Mengurusnya di dinas kehutanan provinsi setempat. Kalau tak punya tapi nekad membeli gaharu, ya bisa ditangkap pulisi.
-Eh, anu…halah…jadi ingat sama si anu…, berapa ya… jarak tanam PPG?
-Normalnya 5×6 meter. Tapi kalau mau, bisa dirapatkan sampai 3×3 meter. PPG bukanlah tanaman yang diharapkan balok kayunya, seperti jati, jabon, atau sengon.
-Susah tidak membudidayakan PPG? Banyak penyakitnya tidak?
-Budidaya PPG tidak sulit, sama saja seperti budidaya tanaman kayu hutan lainnya. Penyakit juga relatif tidak ada. Paling juga penyakit kutu putih, yang menyerang tanaman muda saat musim kemarau. Bisa dikendalikan dengan pestisida natural atau kimia.
-Eh.., Bang. itu kopinya diminum, silahkan.
-Koq gak dari tadi…, ni tenggorokan sampai kering nyerocos melulu.
-Maaf  Bang …, hehehe, sampai kelupaan.
(sruput…sruput…, kopi anget…nyem…nyem…alhamdulillah….).
***
-Apakah PPG bisa ditumpang sarikan dengan tanaman lain?
-Bisa, terutama dengan singkong gajah dan pisang barangan.
-Lho, koq singkong dan pisang?
-Singkong dan pisang adalah dua jenis tanaman pengundang jamur fusarium sp. Jadi, diharapkan proses inokulasi alami makin meningkat kemungkinannya. Selain pisang dan singkong, semut yang membuat lubang di batang PPG juga terbukti menjadi serangga pencetus terbentuknya gubal secara alami. Sebagian orang melubangi PPG-nya, lalu memberikan cairan gula. Ini untuk mengundang semut. Ukuran mata bor sekitar 3-5 mm dan dalamnya sepertiga diameter batang. Susunan lubang berbentuk spiral. Jarak vertikal dan jarak horisontal 10 cm. Ada juga yang menaruh jus tomat ke dalam lubang itu.
-Hasilnya gimana?
-Sebagian berhasil, tapi banyak yang gagal.
-Mengapa banyak yang gagal?
-Fusarium sp yang berhasil diundang tak cukup jumlahnya untuk menginfeksi PPG. Bila PPG terinfeksi fusarium sp, maka ia akan melawan dengan cara mengeluarkan resin sebagai antibody. Resin inilah yang membawa sifat bau harum. Bila resin menang, maka fusarium akan musnah, dan gubal yang sudah terbentuk bisa mengkerut lalu hilang, kembali menjadi kayu biasa yang tak berharga. PPG termasuk tanaman kayu yang sifat pemulihannya cukup bagus. Jadi, dibutuhkan jamur fusarium dalam jumlah yang cukup. Kalau pun berlebihan, maka PPG akan cepat mati sebelum gubal terbentuk. Lebih cilaka  lagi, kalau saat selesai diinokulasi, datang serangan ulat daun. PPG mungkin akan  langsung innalillahi. Bisa-bisa usaha lima enam tahun jadi sia-sia belaka.
-Walahadlah…., jadi gimana proses inokulasi yang benar itu?
-Inokulasi sebaiknya bertahap. Dilakukan dua tahap dengan selang waktu lima sampai enam bulan. Jika pada inokulasi awal daun gugur sebagian lalu pulih kembali, maka berarti sudah bisa dilakukan inokulasi tahap dua.
-Wah, rumit juga ya, budidaya gaharu ini.
-Tidak ada yang sulit kalau mau belajar. Makanya ente Rab, kalau buka internet itu jangan cuman baca dan komeng masalah pemerkosaan saja. Atau lempar sempak bau kesana kemari. Salah-salah bisa kena somasi sama para petinggi Kompasiana lagi…… Jadi, kalau mau pinter soal pertanian, baca juga tulisan Bang Pilot yang bermanfaat dan bergizi ini. Dijamin maknyuss deh. Asli crottnya……
-Engg…iya Bang. Eh, kalau soal singkong gajah, gimana tuh?
-Kalau mau membahas singkong gajah, kayaknya kopi saja gak cukup nih. Kita butuh goreng pisang…..
Hahahaha……….
***
sumber foto: 1, 2

READY STOCK : KECAMBAH BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR
KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.
BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.
BIBIT KECAMBAH AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

BIJI BIBIT JATI SUPER RP.125.000/KG. ISI RIBUAN BENIH.
HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI.

Cara Mengendalikan Gulma di Kebun Sawit dengan Herbisida

Tadi siang ada sohib kompasianer yang mengirim sms, menanyakan masalah pengendalian gulma di perkebunan sawit miliknya. Saya kemudian menjawab semampunya. Namun, tentu saja jawaban saya via sms itu tak akan cukup untuk memberikan pencerahan yang memadai sehubungan pertanyaan tadi. Karena itu, di sini saya coba tuliskan sedikit tentang cara menangani rumput dan/atau gulma yang mengganggu tanaman kelapa sawit, terutama kebun sawit milik rakyat.
Dalam dunia pertanian, cara paling cepat dan murah untuk mengendalikan gulma adalah dengan menyemprotnya menggunakan air yang dicampur herbisida. Untuk gulma dengan tinggi di bawah pinggang, maka rata-rata menghabiskan herbisida 100 ml untuk luasan satu rante atau 400 meter persegi. Herbisida 100 ml tadi dilarutkan pada 15-16 liter air, atau satu ukuran tangki knapsack sprayer. Biaya herbisida rp.6.000 rupiah dan upah menyemprot satu tangki rp.5.000. Terbilang 11.000 rupiah dana yang dihabiskan untuk mengendalikan gulma pada tanaman kelapa sawit seluas satu rante. Bandingkan dengan metode lain, semisal membabat lalu menggaruknya. Paling tidak akan menghabiskan biaya rp.50.000, karena pekerjaan itu membutuhkan 1 HK (hari kerja).
Betapa pun menguntungkannya, herbisida tetaplah bahan kimia yang mengandung unsur-unsur yang bersifat meracuni alam. Karenanya, penggunaan herbisida harus dikendalikan, dan sedapat mungkin dihemat. Beberapa cara untuk menghemat pemakaian herbisida telah kami tulis sebelumnya, dan ada pula beberapa lagi yang ditulis oleh kompasianer Ir.H.Dian Kusumanto.
Secara asas kerja, herbisida dibagi menjadi dua. Herbisida yang bersifat sistemik dan yang bersifat racun kontak. Herbisida sistemik maksudnya, bila larutan yang disemprotkan mengenai sebagian daun atau batang gulma, maka keseluruhan gulma itu akan mati. Ini disebabkan karena racun yang terserap oleh rumput, ditranslokasikan ke seluruh bagian batang tubuh rumput.
Herbisida sistemik dibagi dua lagi, purna tumbuh dan universal. Herbisida sistemik purna tumbuh hanya membunuh rumput yang sudah hidup, sedangkan herbisida sistemik universal membunuh rumput yang sudah tumbuh berikut biji, rimpang atau sporanya. Sebagai contoh herbisida sistemik universal adalah Roundup, atau Rambo, atau Basmilang (mengandung glifosat) yang dicampur Ally 20WP.
Herbisida non sistemik, atau herbisida racun kontak, maksudnya adalah herbisida yang hanya mematikan bagian yang terkena cairan semprotan. Racun yang mengenai bagian tubuh rumput, tidak ditranslokasikan ke bagian lain. Biasanya herbisida jenis ini mengandung paraquat. Contohnya Herbatop dan Gramoxone. Herbisida jenis ini membutuhkan semprotan volume tinggi agar hasil bisa merata.
Lalu, bagaimana cara terbaik mengendalikan gulma pada kebun kepala sawit?
Jawabannya adalah : untuk piringan tumbuh tanaman kelapa sawit, gunakanlah herbisida non sistemik, semisal Herbatop atau Gramoxone. Bisa juga merk lainnya. Herbisida jenis ini dipercaya tidak terlalu merusak perakaran tanaman kelapa sawit. Untuk herbatop, saya dulu mencampur 60 ml ke dalam satu tangki semprot. Utamanya saat hari sedang panas terik. Sedangkan untuk gawangan atau lorong tanaman kelapa sawit, gunakan herbisida sistemik sebanyak 100 ml per 15 liter air. Untuk memperkuat efek bahan aktif, bisa ditambahkan satu genggam pupuk urea yang dilarutkan pada air satu tangki semprot, lalu diaplikasikan ke lapangan secara merata.
Ada pun Ally dapat dicampurkan pada larutan herbisida untuk mengendalikan gulma di lahan yang baru dibuka, atau lahan rawa.
Hal lain yang patut diperhatikan ialah, jangan menyemprot gulma saat cuaca sedang mendung atau saat angin bertiup keras. Jangan makan, minum atau merokok saat masih bekerja. Saat menyemprot, belakangi arah datangnya angin. Gunakan masker, sarung tangan, sepatu boot dan perlengkapan pengaman lainnya. Jangan lupa bawa tang dan jarum pentol. Kedua barang terakhir ini sangat berguna saat nozzle knapsack sprayer anda tersumbat kotoran. Mandilah dengan menggunakan sabun yang cukup begitu pekerjaan selesai atau saat akan makan/minum.
Bila anda pekerja yang sering berhubungan dengan pestisida atau herbisida, sering-seringlah menkonsumsi susu segar. Kalau tidak ada, bolehlah meminum susu kental manis satu kaleng, tanpa campuran lain. Kalau tidak ada juga, perbanyaklan memakan buah segar yang bebas dari perlakuan racun, semisal jambu biji. Kalau itu pun tidak ada juga, perbanyaklah lagi berdoa minta kesehatan dan panjang umur.

READY STOCK : KECAMBAH BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR
KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.
BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.
BIBIT KECAMBAH AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

BIJI BIBIT JATI SUPER RP.125.000/KG. ISI RIBUAN BENIH.
HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI.