Rabu, 04 Januari 2017

Pilih Bertanam Lada Perdu atau Lada Panjat? (Edisi Lengkap)





Pilih Bertanam Lada Perdu atau Lada Panjat?  (Edisi Lengkap)
.
Berdasarkan varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada yang umum diusahakan di Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I, petaling II,malonan I, lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I, natar II, bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan bahwa macam varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena rerata produksi dan tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja.  Yang lebih penting adalah bagaimana merawat tanaman lada itu dengan sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada pertanian intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam. Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib adanya.

Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan.
.
Berdasarkan produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black pepper) dan lada putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi asalnya adalah dari pohon yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah hasil panenan yang kemudian membedakannya. Ada pun lada putih dibuat dengan cara sebagai berikut :

Buah yang dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini ditandai dengan sudah kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada dalam satu tandan/tangkai buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai delapan bulan dihitung sejak pertama kali keluar bunganya.

Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni, lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik matahari.  Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini.
.
Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih harganya bisa terpaut cukup jauh, karena itu biasanya petani menyimpan dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan saat membaiknya harga.  Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah setelah disimpan sekian lama.



Ada pun cara membuat lada hitam adalah sebagai berikut :
Buah lada dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam bulan. Cirinya adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai mengeras tapi belum ada yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan langsung dijemur sambil dibuang tangkainya. Bila sudah kering, lada hitam langsung dijual atau disimpan dulu menunggu harga membaik. Harga lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih.


Menurut hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing di internet, secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih menguntungkan dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah menghitung semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya saja, beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan bijinya besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih.  

Ada pun lada perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai berikut :
Lada panjat adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan di Indonesia dan di dunia. Bibitnya berasal dari stek (potongan batang) sulur panjat, dengan ciri setiap buku ruasnya memiliki akar lekat atau calon akar lekat.   

Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat ini adalah sebagai berikut :

A.Kelebihan.
1.Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah.
2.Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh rimbun dedaunannya.
3.Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah.
4.Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada putih kering pertahun.
5.Umur tanaman relatif lebih panjang.
6.Relatif lebih tahan cekaman air.

B.Kekurangan.
1.Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun sampai tiga tahun setelah tanam.
2.Harus mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina), gamal, kapuk randu atau kabu-kabu, dadap, kayu air, atau sengon.

Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga.

3. Memanennya harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya adalah tiga meter di atas permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter, maka jarak tanam ideal adalah 2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar adalah 4 meter, maka jarak tanam ideal adalah 3x3 meter.

Ada pun lada perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :
A.Kelebihan.
1.Panen perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun setengah setelah tanam.
2.Tidak membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa paduan bentuk pohon cabai dengan ubi jalar.
3.Memanennya lebih mudah, tidak membutuhkan tangga.

B.Kekurangan.
1.Membuat bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu harga bibitnya sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari potongan batang (stek) cabang produksi atau cabang buah, yang cirinya adalah buku ruasnya tidak memiliki akar lekat. 

2.Lebih rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena tanah perakaran dan pangkal batang selalu tertutupi  oleh kerimbunan dedaunannya.
3.Pemupukan dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting dan dedaunan lada perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan penyangga berupa susunan batu bata atau galang-galang dari kayu atau bambu agar cabang, ranting dan dedaunan lada perdu ini tidak langsung menyentuh tanah. Cabang, ranting dan dedaunan lada perdu yang dilekati tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit jamur atau membusuk.  
4.Produksi buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari potensi produksi lada panjat.
5.Umur relatif lebih pendek.
6.Relatif kurang tahan cekaman air.

Nah, dari paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada mempertimbangkan jenis lada yang akan dikembangkan. Janganlah terburu-buru mengambil keputusan, apalagi hanya berdasarkan iklan para penjual bibit lada yang menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada perdu tetapi tak pernah mau menuliskan apa saja kekurangannya.  Sama seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap penyakit busuk batang akibat jamur.  

Jual Bibit Lada Panjat, harga Rp.7.000/batang. Hp.0813 7000 8997

Baik lada perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah setahun sekali. Masa panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni memanen buah yang cacat akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya menjadi duluan kuning atau memerah. Panen ini biasanya hanya sedikit. Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah sudah menua dan sepertiga buah pertangkainya sudah menguning atau memerah; tergantung varietas lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa, yakni panen buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya juga hanya sedikit. Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari.  

Hama dan penyakit.

Hama tanaman lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan lalat buah yang melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur didalamnya. Kesemuanya dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida, baik yang kimia, organik maupun mengunakan insektisida hayati. Di Indonesia, hama atas pada tanaman lada bukanlah faktor utama penyebab menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi musuh besar petani lada adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda, umunya jenis radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar tanaman lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan jamur akar (biasanya jenis fusarium solani dan fusarium oxysporum). Jika akar sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau nutrisi. Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan. Inilah sebabnya maka petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning.

Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14 liter. Disemprotkan merata  ke tanah perakaran lada.  Sebagai catatan, mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini.  

Aplikasi  trichoderma atau gliocladium cukup dianjurkan untuk mengantisipasi penyakit ini.
Penyakit pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling sering menyerang tanaman lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot), yang disebabkan oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit ini umumnya menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena itulah pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri penyakit basal stem rot adalah pada pangkal batang terlihat gelang menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi daun juga ikut menghitam dan layu.
Tanaman yang sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya dimusnahkan dengan cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang belum kena harus segera  diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik dan fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya dalam tenggat masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan perata yang banyak dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka gunakan satu butir putih telur ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki semprot kapasitas 14 liter. Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran tanaman lada. Cara membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru, banyak dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan 5 liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya dicampur dengan 14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran tanaman lada. Endapan yang ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo sendiri termasuk fungisida kontak.

Penanggulangan dengan cara hayati  misalnya dengan menanam penutup tanah arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada. Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora) jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.

Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara perbanyakan tertera di kemasan.

Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun.  Saat ini lada putih ada di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa lalu yang menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih.  Jika bisa panen 1,5 ton saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja perkilogram, maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek penanamnya dalam setiap tahun.  Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar pertahun.

Salam sejahtera petani Indonesia!

#
Selamat bertemu. Kami menjual aneka bibit tanaman. Bibitnya masih tersedia. Silahkan pesan atau datang langsung. 
Tani Muda Nursery.  Alamat di Dusun 2 Desa Petatal,  Lima Puluh,  Batubara, Sumut. Jalan Lintas Medan-Kisaran km129. Depan rumah makan Minang Jaya, stasiun bus ALS. Dekat SPBU Petatal-Batubara.  Sebelah kiri dari arah Medan. Dengan Muhammad Isnaini alias Bang Pilot. Hp/Wa 081370008997. Harga sangat bersahabat.
Ada bibit : durian kani harga 20rb, musang king 25rb, bintana20rb  dan montong 20rb. Ada bibit aren genjah 5rb dan aren dalam 5rb. Kelapa hibrida, genjah dan kelapa dalam masing-masing 15rb. Pinang betara 7rb, pinang hibrida 10rb dan pinang kampung 3rb. Lada perdu 8rb dan lada panjat 7rb. Duku Palembang 20rb. Rambutan binjai brahrang 20rb. Asam gelugur 7rb. Mangga harum manis, lokmai dan tongdam masing-masing 15rb. Jambu madu 20rb, jambu citra 25rbdan jambu black kingkong 25rb. Bibit cengkeh zanzibar 8rb. Kakao alias coklat 8rb. Manggis asal biji 12 rb, manggis sambung pucuk 20rb. Sukun 10rb. Kemiri 7rb. Jeruk nipis 8rb. Melinjo 15rb. Sirsak madu 10rb. Alpukat mentega jumbo 20rb. Kecambah sawit dura, tenera dan dampi masing masing 1rb (seribu rupiah). Kedondong 20rb. Kelengkeng pungrao 20rb, aroma durian 25rb dan pingpong 25rb. Jambu jamaika 20rb. Jambu kristal 20rb. Mangga irwin 60rb. Mangga red brazil 50rb. Vanili planivolia 10rb. Anggur merah dan hijau dataran rendah 15rb. Kelapa pandan wangi.90rb.  Dll.






Berdasarkan varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada yang umum diusahakan di Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I, petaling II,malonan I, lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I, natar II, bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan bahwa macam varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena rerata produksi dan tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja. Yang lebih penting adalah bagaimana merawat tanaman lada itu dengan sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada pertanian intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam. Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib adanya. Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan. Berdasarkan produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black pepper) dan lada putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi asalnya adalah dari pohon yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah hasil panenan yang kemudian membedakannya. Ada pun lada putih dibuat dengan cara sebagai berikut : Buah yang dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini ditandai dengan sudah kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada dalam satu tandan/tangkai buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai delapan bulan dihitung sejak pertama kali keluar bunganya. Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni, lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik matahari. Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini. Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih harganya bisa terpaut sangat jauh, karena itu biasanya petani menyimpan dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan saat membaiknya harga. Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah setelah disimpan sekian lama. http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg Ada pun cara membuat lada hitam adalah sebagai berikut : Buah lada dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam bulan. Cirinya adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai mengeras tapi belum ada yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan langsung dijemur sambil dibuang tangkainya. Bila sudah kering, lada hitam langsung dijual atau disimpan dulu menunggu harga membaik. Harga lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih. http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg Menurut hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing di internet, secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih menguntungkan dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah menghitung semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya saja, beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan bijinya besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih. Ada pun lada perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai berikut : Lada panjat adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan di Indonesia dan di dunia. Bibitnya berasal dari stek (potongan batang) sulur panjat, dengan ciri setiap buku ruasnya memiliki akar lekat atau calon akar lekat. dokpri dokpri Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat ini adalah sebagai berikut : A.Kelebihan. 1.Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah. 2.Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh rimbun dedaunannya. 3.Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah. 4.Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada putih kering pertahun. 5.Umur tanaman relatif lebih panjang. 6.Relatif lebih tahan cekaman air. B.Kekurangan. 1.Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun sampai tiga tahun setelah tanam. 2.Harus mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina), gamal, dadap, kayu air, atau sengon. Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga. 3. Memanennya harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya adalah tiga meter di atas permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter, maka jarak tanam ideal adalah 2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar adalah 4 meter, maka jarak tanam ideal adalah 3x3 meter. Ada pun lada perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut : A.Kelebihan. 1.Panen perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun setengah setelah tanam. 2.Tidak membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa paduan bentuk pohon cabai dengan ubi jalar. 3.Memanennya lebih mudah, tidak membutuhkan tangga. B.Kekurangan. 1.Membuat bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu harga bibitnya sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari potongan batang (stek) cabang produksi atau cabang buah, yang cirinya adalah buku ruasnya tidak memiliki akar lekat. dokpri dokpri 2.Lebih rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena tanah perakaran dan pangkal batang selalu tertutupi oleh kerimbunan dedaunannya. 3.Pemupukan dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting dan dedaunan lada perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan penyangga berupa susunan batu bata atau galang-galang dari kayu atau bambu agar cabang, ranting dan dedaunan lada perdu ini tidak langsung menyentuh tanah. Cabang, ranting dan dedaunan lada perdu yang dilekati tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit jamur atau membusuk. 4.Produksi buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari potensi produksi lada panjat. 5.Umur relatif lebih pendek. 6.Relatif kurang tahan cekaman air. Nah, dari paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada mempertimbangkan jenis lada yang akan dikembangkan. Janganlah terburu-buru mengambil keputusan, apalagi hanya berdasarkan iklan para penjual bibit lada yang menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada perdu tetapi tak pernah mau menuliskan apa saja kekurangannya. Sama seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap penyakit busuk batang akibat jamur. dokpri dokpri Baik lada perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah setahun sekali. Masa panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni memanen buah yang cacat akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya menjadi duluan kuning atau memerah. Panen ini biasanya hanya sedikit. Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah sudah menua dan sepertiga buah pertangkainya sudah menguning atau memerah; tergantung varietas lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa, yakni panen buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya juga hanya sedikit. Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari. Hama dan penyakit. Hama tanaman lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan lalat buah yang melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur didalamnya. Kesemuanya dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida, baik yang kimia, organik maupun mengunakan insektisida hayati. Di Indonesia, hama atas pada tanaman lada bukanlah faktor utama penyebab menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi musuh besar petani lada adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda, umunya jenis radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar tanaman lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan jamur akar (biasanya jenis fusarium solani dan fusarium oxysporum). Jika akar sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau nutrisi. Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan. Inilah sebabnya maka petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning. Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14 liter. Disemprotkan merata ke tanah perakaran lada. Sebagai catatan, mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini. Penyakit pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling sering menyerang tanaman lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot), yang disebabkan oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit ini umumnya menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena itulah pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri penyakit basal stem rot adalah pada pangkal batang terlihat gelang menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi daun juga ikut menghitam dan layu. dokpri dokpri Tanaman yang sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya dimusnahkan dengan cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang belum kena harus segera diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik dan fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya dalam tenggat masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan perata yang banyak dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka gunakan satu butir putih telur ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki semprot kapasitas 14 liter. Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran tanaman lada. Cara membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru, banyak dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan 5 liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya dicampur dengan 14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran tanaman lada. Endapan yang ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo sendiri termasuk fungisida kontak. Penanggulangan dengan cara hayati misalnya dengan menanam penutup tanah arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada. Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora) jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada. Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara perbanyakan tertera di kemasan. Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Saat ini lada putih ada di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa lalu yang menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih. Jika bisa panen 1,5 ton saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja perkilogram, maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek penanamnya dalam setiap tahun. Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar pertahun. Salam sejahtera petani Indonesia!

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangpilot/pilih-bertanam-lada-perdu-atau-lada-panjat-edisi-lengkap_586cb36daa23bdc706f5dce4
Berdasarkan varietasnya, ada beberapa varietas tanaman lada yang umum diusahakan di Indonesia. Misalnya lada lokal bangka,petaling I, petaling II,malonan I, lampung daun kecil, lampung daun lebar, chunuk, natar I, natar II, bengkayang, ciinten, lanjak, dan lainnya. Berdasarkan sharing para petani lada di berbagai grup di media sosial, bisa ditarik kesimpulan bahwa macam varietas lada yang ditanam tidaklah terlalu penting, karena rerata produksi dan tehnik perawatannya adalah nyaris sama saja. Yang lebih penting adalah bagaimana merawat tanaman lada itu dengan sebaik-baiknya, karena pertanaman lada termasuk kepada pertanian intensif. Tanaman lada tidak bisa dibiarkan begitu saja setelah ditanam. Perawatan berkala, termasuk pemupukan, adalah hal yang bersifat wajib adanya. Janganlah jika sudah dikatakan bahwa lada varietas Y tahan terhadap penyakit X, lalu tidak dilakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit X itu. Di lapangan, sering kali teori tak seindah kenyataan. Berdasarkan produknya, biji lada ada dua jenis, yakni lada hitam (black pepper) dan lada putih (white pepper). Lada putih dan lada hitam tadi asalnya adalah dari pohon yang sama, hanya saja, cara pengolahan buah hasil panenan yang kemudian membedakannya. Ada pun lada putih dibuat dengan cara sebagai berikut : Buah yang dipanen adalah buah yang sudah matang dan cukup tua. Ini ditandai dengan sudah kuning atau merahnya sepertiga bulir lada yang ada dalam satu tandan/tangkai buah. Umumnya buah lada untuk membuat lada putih ini sudah berumur tujuh bulan sampai delapan bulan dihitung sejak pertama kali keluar bunganya. Buah lada dimasukkan ke dalam karung goni, lalu direndam dalam air bersih selama 4-6 hari, tergantung kekerasan kulit buah lada. Setelah kulit buah lada melunak, maka lada lalu dibagi dua dalam karung goni. Karung diinjak-injak dan dibalik-balik agar kulit buah lada terlepas dari bijinya. Sebagian petani sudah menggunakan mesin pengupas untuk hal ini. Proses selanjutnya adalah menjemur biji lada yang sudah terkelupas dari kulitnya tadi. Penjemuran biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari, tergantung panasnya terik matahari. Lada lalu ditampi untuk memisahkan kulit dan tangkai dari bijinya. Sebagian petani sudah mengunakan mesin pengipas untuk hal ini. Biji lada kemudian disimpan di tempat yang sejuk serta kering untuk dijual jika harga sudah membaik. Puncak harga lada di Indonesia biasanya ada pada bulan puasa sampai menjelang hari raya Idul Fitri. Selisih harganya bisa terpaut sangat jauh, karena itu biasanya petani menyimpan dulu lada putihnya sebelum dijual, bila panen tidak bertepatan dengan saat membaiknya harga. Penyimpanan bisa dilakukan sampai dengan tiga tahun, dengan penjemuran ulang setiap enam bulan. Penyusutan selama penyimpanan nyaris tidak ada, karena biji lada kering bersifat higroskopis alias suka menyerap uap air yang ada di udara. Beberapa teman petani lada mengatakan bahwa bobot lada putihnya malah bertambah setelah disimpan sekian lama. http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg http://www.buahunik.com/wp-content/uploads/2015/03/Lada-Putih.jpg Ada pun cara membuat lada hitam adalah sebagai berikut : Buah lada dipanen selagi masih belum tua, antara umur lima sampai enam bulan. Cirinya adalah bulir buah sudah bernas berisi, biji sudah mulai mengeras tapi belum ada yang menguning atau memerah. Buah hasil panenan langsung dijemur sambil dibuang tangkainya. Bila sudah kering, lada hitam langsung dijual atau disimpan dulu menunggu harga membaik. Harga lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih. http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg http://www.ecntradingco.com/wp-content/uploads/2016/02/Lada-Hitam-1.jpg Menurut hasil ujicoba para petani lada yang di-sharing di internet, secara ekonomi, membuat lada putih umumnya sedikit lebih menguntungkan dari pada membuat lada hitam. Perhitungan ini dibuat setelah menghitung semua biaya dan selisih waktu yang ada dalam kedua proses. Hanya saja, beberapa jenis lada yang kulit buahnya lebih tebal, dianjurkan untuk dijadikan lada hitam saja. Sedangkan lada yang kulit buahnya tipis dan bijinya besar-besar, maka akan lebih baik jika dijadikan lada putih. Ada pun lada perdu dan lada panjat, kami uraikan perbedaannya sebagai berikut : Lada panjat adalah jenis lada yang pertanamanya paling umum diusahakan di Indonesia dan di dunia. Bibitnya berasal dari stek (potongan batang) sulur panjat, dengan ciri setiap buku ruasnya memiliki akar lekat atau calon akar lekat. dokpri dokpri Kelebihan dan kekurangan tanaman lada panjat ini adalah sebagai berikut : A.Kelebihan. 1.Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah. 2.Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh rimbun dedaunannya. 3.Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah. 4.Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada putih kering pertahun. 5.Umur tanaman relatif lebih panjang. 6.Relatif lebih tahan cekaman air. B.Kekurangan. 1.Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun sampai tiga tahun setelah tanam. 2.Harus mengunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina), gamal, dadap, kayu air, atau sengon. Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga. 3. Memanennya harus menggunakan tangga, karena tinggi tajar umumnya adalah tiga meter di atas permukaan tanah. Jika tinggi tajar tiga meter, maka jarak tanam ideal adalah 2x3 meter. Jarak yang 3 meter itu membujur arah Timur-Barat. Jika tinggi tajar adalah 4 meter, maka jarak tanam ideal adalah 3x3 meter. Ada pun lada perdu, maka kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut : A.Kelebihan. 1.Panen perdananya lebih cepat, umumnya umur setahun sampai setahun setengah setelah tanam. 2.Tidak membutuhkan tiang panjatan. Lada perdu bentuk tajuknya berupa paduan bentuk pohon cabai dengan ubi jalar. 3.Memanennya lebih mudah, tidak membutuhkan tangga. B.Kekurangan. 1.Membuat bibitya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama, karena itu harga bibitnya sedikit lebih mahal. Bibit lada perdu dibuat dari potongan batang (stek) cabang produksi atau cabang buah, yang cirinya adalah buku ruasnya tidak memiliki akar lekat. dokpri dokpri 2.Lebih rentan terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena tanah perakaran dan pangkal batang selalu tertutupi oleh kerimbunan dedaunannya. 3.Pemupukan dan penanggulangan gulma lebih sulit, karena cabang, ranting dan dedaunan lada perdu terhampar di tanah. Sebagian petani membuatkan penyangga berupa susunan batu bata atau galang-galang dari kayu atau bambu agar cabang, ranting dan dedaunan lada perdu ini tidak langsung menyentuh tanah. Cabang, ranting dan dedaunan lada perdu yang dilekati tanah juga akan lebih rentan terkena penyakit jamur atau membusuk. 4.Produksi buah lebih rendah, potensi produksinya hanya setengah dari potensi produksi lada panjat. 5.Umur relatif lebih pendek. 6.Relatif kurang tahan cekaman air. Nah, dari paparan di atas, silahkan para peminat pertanaman lada mempertimbangkan jenis lada yang akan dikembangkan. Janganlah terburu-buru mengambil keputusan, apalagi hanya berdasarkan iklan para penjual bibit lada yang menggembar-gemborkan kelebihan tanaman lada perdu tetapi tak pernah mau menuliskan apa saja kekurangannya. Sama seperti kasus tanaman durian musang king, jarang sekali ada yang mau memberitahukan para peminat bahwa durian jenis ini rentan terhadap penyakit busuk batang akibat jamur. dokpri dokpri Baik lada perdu mau pun lada panjat, umumnya panen buahnya adalah setahun sekali. Masa panen terbagi kepada tiga termin, panen awal yakni memanen buah yang cacat akibat dilubangi lalat buah, yang karenanya menjadi duluan kuning atau memerah. Panen ini biasanya hanya sedikit. Lalu panen raya, dimana sebagian besar buah sudah menua dan sepertiga buah pertangkainya sudah menguning atau memerah; tergantung varietas lada yang ditanam. Terakhir adalah panen geranting, atau panen sisa, yakni panen buah yang terlambat membesar dan menua. Panen ini umumnya juga hanya sedikit. Jarak rerata antar panen adalah lima belas hari. Hama dan penyakit. Hama tanaman lada umumnya adalah penggerek akar, penggerek batang dan lalat buah yang melubangi butir buah lada untuk meletakkan telur didalamnya. Kesemuanya dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida, baik yang kimia, organik maupun mengunakan insektisida hayati. Di Indonesia, hama atas pada tanaman lada bukanlah faktor utama penyebab menurunnya produksi lada. Hama yang menjadi musuh besar petani lada adalah hama bawah, berupa cacing halus (nematoda, umunya jenis radopholus similis dan meloydogine incognita) yang memakan akar tanaman lada. Akar yang terluka ini menjadi sangat rentan terkena serangan jamur akar (biasanya jenis fusarium solani dan fusarium oxysporum). Jika akar sudah demikian, maka tanaman lada menjadi kekurangan asupan hara atau nutrisi. Batang tubuh lada akan menguning, layu lalu mati perlahan. Inilah sebabnya maka petani menyebut hal ini sebagai penyakit kuning. Cara mengatasi penyakit kuning ini adalah dengan aplikasi insektisida khusus cacing, yakni nematisida. Nematisida kimia pabrikan yang paling populer adalah yang berbahan aktif karbofuran. Di pasaran antara lain bermerk Curater, Marshal 5G atau Furadan 5G. Cara dan dosis aplikasi bisa dilihat di masing-masing kemasan. Untuk nematisida organik, dapat menggunakan ekstrak daum mimba dan daun jarak.Tumbuk (blender) 1 kg daun mimba dan 1 kg daun jarak. Tambahkan 3 ons daun kecubung jika ada.Aduk rata dengan 5 liter air. Peras. Untuk 10 tanki semprot kapasitas 14 liter. Disemprotkan merata ke tanah perakaran lada. Sebagai catatan, mencegah penyakit kuning adalah jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena itulah, petani yang pandai biasanya melakukan aksi cegah dini. Penyakit pada tanaman lada umumnya disebabkan oleh jamur patogen (jamur merugikan). Ada pun jenis penyakit yang paling sering menyerang tanaman lada di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot), yang disebabkan oleh jamur phytoptora capsici. Penyakit ini umumnya menyerang pada musim hujan, dimana lahan lembab dan basah. Karena itulah pembuatan parit penyalur air sangat dianjurkan pada kebun lada. Ciri penyakit basal stem rot adalah pada pangkal batang terlihat gelang menghitam dan kadang berlendir kebiruan. Tepi daun juga ikut menghitam dan layu. dokpri dokpri Tanaman yang sudah terkena penyakit busuk pangkal batang ini sebaiknya dimusnahkan dengan cara dicabut dan dibakar. Sedangkan pada tanaman yang belum kena harus segera diaplikasikan teknik penanggulangannya. Dengan cara kimiawi tentu saja lakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik dan fungisida kontak. Lakukan penyemprotan berseling antara keduanya dalam tenggat masa tiga hari sekali. Jangan lupa tambahkan perekat dan perata yang banyak dijual di toko pertanian. Jika tidak ada, maka gunakan satu butir putih telur ayam atau bebek. Atau gunakan 50 cc lendir daun lidah buaya, untuk satu tangki semprot kapasitas 14 liter. Sebaiknya juga kocorkan bubur bordo di perakaran tanaman lada. Cara membuat sendiri bubur bordo : 100 gram terusi (tawas biru, banyak dipakai untuk membersihkan dan membirukan air kolam renang), 100 gram kapur tohor atau kapur sirih dan 100 gram belerang dihaluskan. Tambahkan 5 liter air, didihkan sambil diaduk. Setelah dingin, 500 cc airnya dicampur dengan 14 liter air biasa, lalu disemprokan di perakaran tanaman lada. Endapan yang ada juga ditaburkan ke perakaran. Bubur bordo sendiri termasuk fungisida kontak. Penanggulangan dengan cara hayati misalnya dengan menanam penutup tanah arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada. Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora) jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada. Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara perbanyakan tertera di kemasan. Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Saat ini lada putih ada di kisaran harga Rp.130.000-150.000/kg, puncaknya adalah bulan puasa lalu yang menyentuh harga Rp.200.000/kg. Harga lada hitam sendiri sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih. Jika bisa panen 1,5 ton saja perhektar pertahun, dan harga minimal dibuat rp.100.000 saja perkilogram, maka akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek penanamnya dalam setiap tahun. Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar 30 juta rupiah perhektar pertahun. Salam sejahtera petani Indonesia!

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangpilot/pilih-bertanam-lada-perdu-atau-lada-panjat-edisi-lengkap_586cb36daa23bdc706f5dce4