Sabtu, 30 November 2013

Warianto, Petani Pecinta Singkong

 13858172121206297729
Warianto sedang mempraktekkan cara mengokulasi singkong
Adalah Warianto, seorang petani bersahaja yang sudah puluhan tahun melakukan eksperimen terhadap tanaman singkong alias ubi kayu. Saking seriusnya ia meneliti dan membudidayakan tanaman yang termasuk jenis ketela pohon ini, pada tahun 2007 ia terbang ke Samarinda, Kalimantan Timur, untuk mempelajari singkong gajah langsung dari ahlinya. Juga untuk mendapatkan bibit singkong gajah ini, yang waktu itu masih merupakan varian temuan baru. Ada pun penemu (kembali) singkong raksasa ini sejatinya adalah Profesor Ristono, peneliti asal universitas Mulawarman.
Sepulang dari Kalimantan Timur, Warianto berjaya membawa satu batang stek singkong gajah, sepanjang 30 cm, berikut satu eks buku petunjuk tehnik budidayanya. Stek itu lalu dipotong tiga, lalu ditanam dan dikembangkan.
Waktu penulis datang ke kebun singkong Warianto, ada bermacam jenis singkong yang ia tanam. Ada singkong gajah, singkong lampung, singkong Mukibat, singkong kuning, singkong roti, singkong Darul Hidayah dan lainnya. Cara penanaman singkong itu juga dilakukan dengan berbagai cara. Ada stek, okulasi, kopulasi dan stek cangkok benam.
1385820491177294843
Ubi lampung umur 6 bulan
Beruntung, saat itu Warianto sedang memanen singkong gajahnya. Dari delapan pohon singkong umur delapan bulan yang dicabut, dihasilkan 105 kg ubi segar. Warianto menerangkan bahwa ubi yang dipanen ini sengaja tidak dipupuknya, sebagai bagian dari eksperimen. Sedangkan yang dipupuk sesuai dosis, dengan jarak tanam 1m x 1 m, satu pohon singkong gajah umur sepuluh bulan, bisa menghasilkan 20-25 kg ubi. Jika jarak tanam diperlebar menjadi 1×1,5m, maka ubi segar perpohon bisa mencapai 35 kg.
13858192661444258011
Hasil singkong gajah umur 8 bulan
Warianto juga menerangkan bahwa ubi lampung, ubi kelanting, ubi Darul Hidayah, dan ubi roti, masih belum bisa mengalahkan produksi ubi segar dari singkong gajah. Produksi ubi gajah hanya bisa dikalahkan oleh ubi Mukibat versi Warianto. Yakni, okulasi singkong dengan batang bawah ubi gajah, dan batang atas ubi karet alias ubi bunga. Dengan cara ini, satu pohon bisa menghasilkan 40-50 kg ubi segar.
1385820640484323379
ubi Mukibat versi Warianto, umur 4 bulan
Dari sekian banyak jenis ubi, ubi kuninglah yang paling sedikit buahnya. Satu pohon hanya menghasilkan 0,5-2 kg ubi segar saja. Namun Warianto tetap menanamnya, karena ia memang pecinta singkong.
1385820380158971357
Ubi kuning umur 6 bulan
Sebelum pulang, Warianto menyempatkan diri memberi kursus gratis kepada penulis tentang cara terbaik mengokulasi singkong gajah dengan singkong karet.
Ternyata, ada beberapa trik khusus yang sangat penting agar okulasi berhasil, dan buahnya nanti banyak. Trik yang tak akan didapat jika dicari di dunia maya.
1385821152452624226
cara okulasi singkong gajah
Warianto sendiri menjual bibit singkong gajah okulasi ini seharga Rp.2.500/pohon.
Pembeli harus memesan dulu jika berminat.
Selain singkong, Warianto juga mengembangkan tanaman kakao.
Tulisan mengenai kakao ala Warianto ini, akan menyusul. Insya Allah.
1385821319943522544
Kakao varian BCC
***

 READY STOCK : BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR

KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.

BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.

BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI.

Hati-hati Menanam Sengon, Jati, Mahoni, Jabon dan Akasia


Ada banyak promosi penjualan bibit tanaman sengon, jati, mahoni, akasia dan tanaman jenis kayu hutan lainnya di internet. Paparan tentang keuntungan yang bakal diperoleh juga ikut dijelaskan, hingga menggiurkan banyak pihak, terutama petani pemula.
Namun ada satu hal yang harus diwaspadai. Produk kayu yang dihasilkan, setelah sepuluh sampai lima belas tahun tanam itu, bisa terkena aturan peredaran hasil hutan.
Saya tak mau merinci masalah birokrasi ini, karena tak punya latar belakang pengetahuan hukum yang cukup.
Yang terjadi di daerah penulis, satu kebun kayu jati terpaksa dipotong-potong pendek lalu dijadikan kayu asap, atau kayu untuk membakar batu bata, karena terbentur masalah birokrasi. Kayu asap sendiri harganya jauh lebih murah dibanding kayu bahan bangunan.
Karena itu, bagi peminat budidaya tanaman kayu jenis kayu hutan ini, carilah informasi yang cukup terlebih dahulu, sebelum memutuskan menanamnya. Jangan sampai terjadi, sudah menunggu sekian lama, ternyata kayu sulit dijual karena terbentur aturan yang berlaku.
Carilah informasi dari pelaku pasar, jangan dari internet, karena biasanya, lain aturan lain pula pelaksanaan.
***

 READY STOCK : BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR

KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.

BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.

BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI.

Rabu, 20 November 2013

Singkong Gajah, Emas Putih Dari Kalimantan

                                                           Bibit singkong gajah asli.


Tadi siang, handphone saya berdering, lalu terdengar suara seorang wanita di seberang sana. Ia ingin membeli 50.000 stek singkong gajah yang akan ditanamkan ke lima hekto are lahannya di daerah Diski, Medan, Sumut. Sayang, bisnis bernilai rp.25.000.000 rupiah itu terpaksa saya tolak, karena memang persediaan sedang tidak ada. Tanaman singkong gajah saya sendiri saat ini masih berumur 2 bulan.
Saya lalu menyarankan agar ia membeli dari Kalimantan Timur, Kediri atau Lampung. Namun ia menolak karena ongkos angkutnya akan sangat mahal.

Ada apa dengan singkong gajah?
Singkong gajah adalah varian asli Kalimantan Timur. Asli artinya bukan hasil pemuliaan, seperti singkong Mukibat atau singkong Darul Hidayah. Asli artinya, sampai keturunan ke seratus ribu pun, sifat unggul tanaman ini akan melekat terus, kecuali ada hal-hal yang luar biasa, seperti mutasi gen.

Tanaman singkong gajah ini rata-rata menghasilan ubi segar 20 kg perpohonnya. Jika jarak tanam adalah 1×1 meter. maka bobot hasil setiap satu rante adalah 8 ton ! Satu hektar berarti bisa mendapatkan 200 ton.
200.000 kg ubi segar dengan harga rp.600/kg (sudah dipotong upah panen) = rp.120.000.000,-

Biaya produksi dalam rupiah:
Pembajakan tanah dengan traktor 2 kali = 2x rp.30.000×25 rante = 1.500.000.-
Bibit singkong (anggap beli) =10.000 stek x rp500 = 5.000.000,-
Pupuk kandang = 100 goni x rp.5.000 = 500.000,-
Pupuk NPK = 500 kg x rp.6.000 = 3.000.000,-
Penyiangan = 25 rante x rp.30.000,- = 750.000,-
————- +
Jumlah : 10.050.000,-
Total keuntungan petani : 120.000.000 – 10.050.000 = 109.950.000,-

Catatan : petani menanam stek dan menabur pupuk sendiri.

Jika usia panen adalah 10 bulan, maka keuntungan petani per bulannya mencapai sebelas juta rupiah, dari lahan hanya satu hektar.

Jika dianggap keberhasilan petani hanya 50% saja, maka setidaknya masih ada pendapatan rp. 5.500.000/bulan. Bandingkan dengan pendapatan dari tanaman kelapa sawit, yang angkanya ada di seputaran rp.1,5-2 juta/ha/bulan.

Namun, kendala utama dari budidaya ketela pohon yang ditemukan kembali oleh Prof. Ristono pada tahun 2006 ini adalah masih minimnya ketersediaan bibit.

Sebenarnya bibit sudah ada, hanya masih menumpuk di sentra pertanian ubi gajah di Kaltim. Biaya angkut bibit ini memang mahal, karena ia berupa stek kayu sepanjang 15 cm. Itu artinya, untuk menanam satu hektar saja, paling tidak dibutuhkan bibit satu truk kecil.

Namun, bila petani mau berkorban di awal, maka ia cukup hanya sekali saja membeli bibit, karena setelah ia panen satu kali, maka petani malah sudah bisa menjadi penjual bibit singkong gajah ini !
Bayangkan berapa pendapatan petani jika ia juga menjual bibit singkong gajah seharga 500 rupiah perstek ! Dari satu hektar singkong gajah umur 10 bulan, bisa didapatkan 150.000 stek ! Silahkan hitung sendiri berapa uangnya.

Mau ikut menanam singkong gajah? Ayo kita mulai, petani Indonesia !
Tapi, hati-hati membeli bibit singkong gajah ya, karena banyak yang dipalsukan. Secara fisik, bibit ubi unggul ini sulit dibedakan dengan bibit ubi jenis begog dan ubi jenis trambesi. 

Catatan : singkong gajah termasuk jenis ubi kayu konsumsi, bukan ubi racun (mengandung HCN/sianida). Kadar patinya yang tinggi (30%) membuat rasa ubi ini pulen dan nikmat. 
Tidak ada yang istimewa dari cara penanaman ubi kalimantan ini, sama saja seperti menanam ubi jenis lainnya. Hanya saja, ada yang menanamnya dengan jarak tanam 1 x 1,5 meter. 
***

READY STOCK : BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR

KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.

BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.

BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI. 

Minggu, 10 November 2013

Jual Bibit Singkong Gajah

Jual bibit singkong gajah. Dijamin asli turunan singkong gajah Kalimantan.
Harga per stek panjang 25 cm rp.800,-
Barang tersedia pada tgl 20 bulan Februari 2016.
Silahkan datang langsung ke alamat kami.
Dusun II Desa Petatal Kec. Talawi Kab. Batu Bara, Sumut. Jalan lintas Medan-Kisaran km 129, depan Puskesmas.
Atau sms ke 0813 7000 8997 dengan Muhammad Isnaini.
Yang serius saja.
No hoax no tipu menipu.
Kami jujur dan amanah.
***
JUAL :
BIBIT AREN UMUR 6 BULAN TINGI 40 CM SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.
BIBIT AREN UMUR 10 BULAN TINGGI 50-60 CM HARGA RP.6.000/POKOK.
BIBIT AREN UMUR 15 BULAN TINGGI 100 CM HARGA RP.10.000/POKOK.
BIBIT AREN UMUR 18 BULAN TINGGI 120 CM HARGA RP.12.500/POKOK.
BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( KECAMBAH, UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.
HARGA-HARGA NETT. 

HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI.

Jumat, 08 November 2013

Budidaya Singkong Gajah

Budidaya Singkong Gajah

Singkong gajah alias ubi kalimantan adalah varian ketela pohon asli Kalimantan Timur. Ditemukan kembali oleh Prof.Ristono pada tahun 2006 dan mulai dikembangkan pada tahun 2008. Ubi kayu jenis ini adalah ubi kayu konsumsi. Umbinya sangat bagus dijadikan tape, kripik, getuk, opak dan panganan lainnya. Rasanya juga pulen karena mengandung kadar pati yang paling tinggi, mencapai 30% pada umur panen 10-12 bulan.

Sampai saat ini, penyebaran singkong gajah masih belum luas, akibat bibit atau steknya yang masih sedikit.
Padahal, varian ini sangat potensial untuk dibudidayakan, karena mampu menghasilkan singkong segar sampai dengan 200 ton perhektarnya.

Jika harga singkong saat ini di pabrik adalah rp.700/kg singkong segar baru panen, maka uang yang bisa dihasilkan dari bertanam satu hektar tanaman ini adalah 140 juta rupiah. Bila biaya pembelian bibit, sewa tanah, penanaman, pemupukan dan perawatan serta pemanenan dapat ditalangi dengan penjualan bibit/stek ubi kalimantan ini, yang harganya per stek adalah rp.500, maka hasil tadi adalah hasil bersih per sepuluh bulan.

Menanam singkong gajah sama saja seperti menanam ubi kayu jenis lainnya. Hanya saja, ada sebagian orang yang menanam dengan jarak tanam 1 x 1,5 meter. Saya sendiri tetap memakai pola lama, 1x 1 meter.

Yang penting dicatat adalah, jumlah dan jenis pupuknya. 5 ton pupuk kandang dan 500 kg pupuk NPK mutiara diberikan untuk1 ha tanaman ini. Pupuk kandang ditebar setelah tanah ditraktor, sebelum tanam. NPK diberikan 2 kali. 200 kg setelah tanam, dan 300 kg waktu umur 3 bulan. Penyiangan gulma dan lain-lain, sama saja seperti budidaya ubi biasa.  
***

READY STOCK : BIBIT SAWIT RP.900/BUTIR

KECAMBAH, BIBIT KARET RP.500/BUTIR.

BIBIT AREN UMUR 6 BULAN SIAP TANAM RP. 4.000/POKOK.

BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.

HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI. 

Rabu, 06 November 2013

Cara Memilih Bibit Pepaya

Cara Memilih Bibit Pepaya
Ada banyak jenis pepaya. Antara lain pepaya bangkok, pepaya hawaii, pepaya burung, pepaya jingga, pepaya calina (california), dll.
Harga bibitnya juga murah, berkisar rp.5.000/batang, tinggi sekira 25 cm. Yang masih berupa biji juga banyak dijual di toko pertanian. Lebih murah lagi.
Sayangnya, kita tidak tahu apakah pepaya yang ditanam itu jantan atau betina, sampai ia berbunga pada usia sekira 5-6 bulan. Kalau ternyata jantan, maka bahagiakanlah diri anda dengan makan urap bunga pepaya saja, tanpa makan buahnya.
Berdasarkan wawancara kami dengan seorang petani pepaya, begini cara membuat bibit pepaya yang baik :
1.Ambil buah pepaya yang bagus, sudah matang tapi tak terlalu matang, berasal dari pohon yang minimal sudah berumur setahun dan banyak berbuah. Lebih baik lagi kalau buah ini penyerbukannya dulu terkontrol. Caranya ialah dengan membungkus semua buahnya dengan kain sejak masih berupa bakal buah. Dengan cara ini, diharapkan yang terjadi adalah penyerbukan sendiri.
2.Potong buah melintang jadi dua, sisihkan bagian pangkalnya.
3.Belah dua bagian ujungnya, lalu ambil bijinya.
4.Pilih biji yang berwarna hitam saja. Yang berwarna semu kecoklatan sisihkan.
5.Cuci dengan air, buang lapisan tipis yang membungkus biji dengan cara meremasnya perlahan.
6.Jemur angin hingga kering.
7.Masukkan kedalam air hangat kuku (40-45 derajat Celcius) selama 15 menit. Buang biji yang mengapung. Tiriskan. Lalu rendam dengan Atonik (sesuai dosis) selama 5 menit.
8.Bungkus dengan kertas koran, letakkan di wadah yang tiris. Semprot dengan air sewaktu-waktu jika terlalu kering.
9.Dalam 10-20 hari biji akan berkecambah dan siap dipindahkan ke polibag. Campuran isi polibag : ½ tanah humus, ¼ pupuk kandang atau pupuk kompos yang sudah siap pakai dan ¼-nya lagi pasir.
10..Dapat ditanam ke lapangan saat ketinggian bibit sudah 20-25 cm.
Selamat mencoba, kalau panen tolong lemparkan satu buah pepayanya ke depan rumah saya.
 ***
READY STOCK :
BIBIT AREN UMUR 16 BULAN, HARGA RP.10.000/BATANG, TINGGI 100 CM.
BIBIT AREN UMUR 10 BULAN TINGGI 60 CM HARGA RP.6.000/BATANG
BIBIT AREN RP. 4.000/POKOK, TINGGI 40 CM (UMUR 6 BULAN) .
KECAMBAH BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.
BIJI AREN UNTUK BIBIT RP.600/BUTIR. 
HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI

Senin, 04 November 2013

Budidaya Aren bagian 2

Bibit aren umur 2 bulan (kecambah) yang sudah anda terima dari penjual, segera pindahkan ke polibag ukuran 15x21 atau ukuran 20×25 yang sudah dipersiapkan.
Caranya :
Sebelumnya, isi polibag dengan tanah humus 2/3nya saja.
Campuran tanah : ¾ tanah humus dan ¼ pasir diaduk rata. Atau lebih baik : 2/4 tanah humus, ¼ pupuk kandang atau kompos dan ¼ nya lagi pasir.
Siram secukupnya hingga tanah basah keseluruhannya. Lalu ambil bibit yang akan ditanam. Jika akar tunjang semu bibit aren itu panjang, maka lubangi bagian tengah tanah dalam polibag itu dengan kayu bulat diameter 2 cm sedalam panjang akar tunjang semu bibit aren. Usahakan akar jangan dipotong, kecuali patah atau memang terlalu panjang. Perhatian : akar angin yang mengarah ke atas, dan akar lainnya, sedapat-dapatnya jangan diubah arah pangkal akarnya. Lalu isi kekurangan tanah dalam polibag dengan tanah campuran pasir. Jangan menekan/memadatkan tanah secara berlebihan, biar nanti air siraman yang akan memadatkan tanah secara alami. Kemudian siram kembali agar tanah bersentuhan merata dengan akar-akar bibit aren. Taruh di tempat teduh 100%.
Jangan sampai terendam banjir.
Pemupukan pertama sebulan setelah pemindahan ke polibag ini. Larutkan segenggam pupuk NPK ke dalam 10 ltr air, lalu siramkan. Bilas setelah 2 menit atau setelah air pupuk meresap ke tanah seluruhnya. Pembilasan jangan berlebihan. NPK tidaklah setajam urea atau ZA atau KCL.
Penyiraman rutin setiap sore hari, atau tergantung curah hujan. Jangan siram berlebihan, karena bisa menyebabkan pembusukan akar.
Tingkat keberhasilan pembibitan berkisar 80%. Artinya, jika anda akan menanam 80 batang pohon aren, pesanlah bibit sebanyak 100 batang. Kelemahan bibit aren ada pada akarnya. Karena itu, hati-hatilah menangani akar bibit aren. Terutama yang terpaksa dikirim tanpa tanah dalam polibag mini, akibat ongkos kirim per kg yg mahal.
Pindahkan bibit ke tempat yang terkena panas matahari saat usia 3 bulan, atau saat akar sudah mulai menembus plastik polibag. Beri jarak antar polibag sekira 20 cm.
Bibit dapat dipindahkan/ditanam ke lapangan setelah berumur 5 bulan dihitung sejak dipindahkan ke polibag tadi. Atau setelah berdaun tua tiga helai. Jarak tanam untuk mono kultur minimal 5x6 meter (wajib mata lima). Bisa juga 6×6 meter (kotak) atau 6×6x6 meter (segitiga sama sisi). Jarak tanam untuk tumpangsari lihat tabel berikut :
No.
Tanaman sela
Jarak tanam (meter)
1
Ubi kayu, bumbu-bumbuan, nilam dan palawija
5×7
2
Kopi, cengkeh, pala, kakao dan sejenisnya
5×10
3
Pembibitan tanaman
5×10
4
Sengon, jati putih, durian ungul, dan sejenisnya
5×12
Tanaman sela ditanam di gawangan yang lebih lebar. Arah tanam Utara-Selatan. Ukuran lubang 30×30x30 cm. Aren tak membutuhkan lembah tangkapan air. Hanya jika ditanam di lereng, harus dibuat tapak kudanya.
Bersihkan ijuk bila aren sudah berumur 5-6 tahun. Pembersihan dapat dilakukan oleh pengepul/pencari ijuk. Jumlah pelepah daun jangan kurang dari 12. Artinya, jangan sembarangan memotong pelepah aren untuk alasan apapun.
Hama dan penyakit aren nyaris tidak ada. Hanya saja, ada ditemukan kasus penyakit mati bujang, yaitu pohon aren mati saat berumur 4-6 tahun. Kami menduga penyebabnya adalah jamur akar. Namun belum ada penelitian yang mendalam, karena jumlah kasus yang terbilang kecil, hingga dapat diabaikan.
Sering terjadi, calon petani aren tidak memahami karakter tanaman aren ini. Karena itu ikutilah penjelasan berikut dengan baik.
Aren produksi terbagi 4 varian. Varietas genjah, dalam dan tinggi. Masing-masing mulai berproduksi mulai umur 6, 8, dan 10 tahun.
Baiknya, kami buatkan saja tabelnya agar lebih jelas.
No.
Varietas
Mulai produksi
(tahun)
Lama produksi
(tahun)
Jumlah nira ltr/hari
Tinggi batang pohon
(meter)
1
Genjah
6
3-4
7-12
6-9
2
Dalam
8
7
13-18
8-12
3
Tinggi
10
8
16-25
12-20






Banyak pembeli bibit aren kami yang meminta varian aren genjah, dengan alasan cepat berproduksi. Tetapi mereka belum tahu bahwa aren adalah tumbuhan yang akan berhenti tumbuh vegetatif setelah tandan pertamanya muncul. Seterusnya aren hanya akan tumbuh generatif.
Setelah tandan pertama muncul, maka aren tidak akan bertambah lagi daunnya, meski cuma sehelai, dan tak akan bertambah tingginya, meski hanya seinchi. Yang tumbuh adalah hanya tandan buahnya. Titik keluar tandan berikutnya makin lama makin ke bawah, tumbuh di setiap celah pelepah dan bekas pelepah daun. Setelah tandan keluar dari celah bekas pelepah di ketinggian 1,5-2 meter dari permukaan tanah, maka pohon aren akan mati dengan sendirinya.
Nah, jika pohon aren genjah tingginya cuma 6-9 meter, maka tentu jumlah tandan yang bisa disadap niranya jadi sedikit. Begitu juga jumlah nira aren genjah tidaklah sebanyak aren jenis lain, karena postur pokoknya juga paling kecil.
Faktor penentu jumlah nira antara lain adalah volume batang, jumlah daun, dan posisi tandan. Makin ke bawah posisi tandan, biasanya jumlah nira makin berkurang. Faktor itu masih bisa ditambah lagi dengan suhu udara, posisi pelepah daun, tinggi tunggul akar, bentuk tandan dll.
Karena itu, jika ingin cepat berhasil, bisa menanam aren dengan 2 varietas pada satu lahan. Yakni varietas genjah dan varietas dalam. Pisahkan kedua varietas itu di lahan masing-masing. Namun, penulis sendiri memilih hanya menanam aren varietas dalam. Meskipun agak lama, namun produksinya jauh lebih baik.

Pada lahan produktif, maka sistim penanaman polikultur atau tumpang sari adalah sebuah keharusan, sedang pada lahan kritis dan lahan yang tandus atau super kering, maka tanamlah aren dengan jarak 6×6 meter dengan sistim monokultur. Menghutankan lahan kritis dan tandus dengan aren, dapat membuat lahan kembali subur dan sering kali keluar mata air. Ini karena sifat akar aren yang menyimpan air, sedangkan aren sendiri bukanlah tumbuhan yang rakus air seperti kelapa sawit.
Sebagai catatan, bila aren akan ditanam pada lahan kritis atau kering, berpasir/berbatu, maka polibag bibitnya minimal ukuran 25×30. Dan ukuran polibag 30×35 atau 30×40 adalah jauh lebih baik.
Adapun harga nira segar saat ini di tingkat petani adalah rp.4.000/liter.
***
READY STOCK :
BIBIT AREN UMUR 16 BULAN, HARGA RP.10.000/BATANG, TINGGI 100 CM.
BIBIT AREN UMUR 10 BULAN TINGGI 60 CM HARGA RP.6.000/BATANG
BIBIT AREN RP. 4.000/POKOK, TINGGI 40 CM (UMUR 6 BULAN) .
KECAMBAH BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.
BIJI AREN UNTUK BIBIT RP.600/BUTIR. 
HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI

Berburu Bibit Singkong Gajah


Awal ketertarikan saya pada ubi gajah, bermula dari keinginan untuk mencari tanaman sela bagi tanaman aren yang akan saya kembangkan di kebun mungil saya. Sebidang kebun yang luasnya cuma 10 rante alias 4.000 meter persegi.
Pohon aren varietas Dalam yang pertumbuhannya cukup lambat itu, tentu membutuhkan tanaman sela atau tumpang sari agar lahan optimal menghasilkan. Pilihan jatuh pada ubi gajah, karena tanaman ini lumayan toleran pada teduhan, umbinya enak dimakan, buahnya banyak (sampai 150 ton/ha), umurnya singkat, tak perlu di okulasi atau disambung, penyakitnya sedikit, mudah dibudidayakan, dan penanamannya tak menyita banyak waktu.
Namun kendalanya adalah sulit mendapatkan bibitnya. Ubi varian asli Kalimantan ini belum banyak dikembangkan di daerah kami. Yang banyak adalah jenis ubi begog, ubi trambesi, ubi lampung, ubi klanting, ubi malaysia, ubi ijo, ubi kuning, ubi tahun, ubi pulut dan masih banyak lagi.
Perburuan pun dimulai. Setelah dua malam mengobrak-abrik dunia maya, ketemulah dengan penjual bibit ubi gajah ini. Harga juga oke, cuma rp.500- rp.700/stek.  Namun, lokasi penjual terlalu jauh. Ada di Kalimantan dan ada juga di Kediri. Jelas saja, ongkos kirimnya akan berkali lipat dibanding harga barangnya, sehingga tak ekonomis. Belum lagi biaya pos karantina di pelabuhan udara.
Handphone kemudian beraksi. Beberapa sohib dihubungi. Namun belum ada yang bisa memberikan titik terang. Bang Kadir Simbolon, seorang rekan sesama kameramen, malah menganjurkan budidaya ubi Darul Hidayah. Ubi jenis ini dikembangkan di Lampung oleh seorang kiai sebuah pesantren. Penjual bibitnya ada di daerah Bandar Tinggi, di sebuah pesantren milik Tuan Khalifah Rahmat.
Akhirnya, cara klasik pun ditempuh untuk berburu bibit ubi gajah ini. Sepeda motor pun dipacu menuju sebuah sentra penanaman ubi di Kampung Baru. Sesampai di lahan penanaman ubi yang terhampar luas itu, saya celingukan mencari salah satu petani yang mungkin bisa dijadikan benang merah. Tak terlalu lama, bertemu juga dengan Pak Ngatimin, yang sedang menyiangi tanaman ubinya.
Wawancara dengan pendekatan lokal pun saya lancarkan. Berkat penguasaan bahasa Jawa saya yang fasih, dengan senang hati Pak Ngatimin menghentikan aktifitasnya sejenak dan membeberkan ilmu menanam ubi yang ia kuasai.  Ia mengaku dulu menanam ubi Lampung (tapi tak diketahui apakah varian Darul Hidayah atau bukan), dan sekarang menanam ubi malaysia. Jarak tanamnya sekitar 80×100 cm. Umur tanamannya saat ini baru lima bulan.  Kami berdua lalu menggaru tanah dengan jari tangan untuk melihat umbi ubi malaysia itu yang sudah  sebesar lengan orang dewasa itu.
Pak Ngatimin lalu memberitahu agar saya mendatangi rumah Pak Wadianto, seorang pengembang ubi gajah yang saya cari. Tempatnya juga tak terlalu jauh. Setelah pamit dan hatur nuwun, saya pun langsung tancap gas ke kediaman Pak Wadianto. Syukur, beliau ada di rumah.
Pak Wadianto yang sangat ramah itu sedang memecah buah kakao yang baru dipanen istrinya. Buah kakao yang besar-besar dan sehat itu, diambil dari pohon yang ditanam di pekarangannya. Dengan senang hati ia menunjukkan tanaman ubi gajah, ubi mukibat dan ubi Darul Hidayah yang ia kembangkan. Ubi mukibat (dikembangkan oleh Pak Mukibat) adalah varian ubi sambung (kopulasi), batang bawah ubi lokal dan batang atas ubi bunga atau ubi karet.  Pak Wadianto menjual bibit ubi mukibat ini rp.2.000/stek kopulasian. Penjualan dengan sistim pesan sebelumnya. Selain dijual, bibit ini juga ia kembangkan kepada anggota kelompok tani Mekar Indah yang ia ketuai.
Ketika saya tanya tentang ketersediaan bibit ubi gajah, Pak Wadianto mengatakan bahwa ia belum memiliki persediaan dalam jumlah yang banyak. Paling cuma untuk penanaman satu atau dua rante saja.Ia sendiri masih berusaha mengembangkan varian ini. Dulu pada tahun 2010 ia langsung ke Kalimantan untuk mendapatkan bibit ubi raksasa ini. Saat itu ia hanya berhasil mendapatkan satu batang stek ubi sepanjang 30 cm. Stek itu lalu dipotong tiga, lalu ditanam di pekarangan rumahnya dengan perawatan ekstra ketat. Saat ini ia belum menjual turunannya, karena untuk ditanam sendiri saja ia masih kekurangan.
Pak Wadianto juga pernah mengembangkan ubi jenis Darul Hidayah, namun gagal. Hasilnya tidak sesuai dengan pertumbuhan pohonnya yang cukup besar tinggi.  Saya dipersilahkan untuk mengambil bibit ubi jenis ini sesuka saya dari bekas cabutan ubi milik Pak Wadianto. Namun saya kurang berminat, karena saya tahu bibit ubi Darul Hidayah keturunan F3 nya memang sudah kurang produktif, apalagi ini, yang F4 atau keturunan ke empat. Ubi Darul Hidayah  adalah pengembangan dari biji ubi sambungan. Atasannya dari ubi lokal, batang bawahnya dari ubi karet. Ubi dibiarkan menua hingga keluar bijinya. Biji ini (F1) yang ditanam, dan memang hasilnya sangat bagus. Tetapi turunannya tidak akan sebaik induknya. Beda dengan ubi gajah. Ia adalah varian asli, bukan hasil pemuliaan, hingga sampai turunan ke seratus pun, sifat aslinya masih melekat.
Saya lalu mengeluarkan jurus merayu, agar bisa mendapatkan bibit ubi idaman ini. Dengan bahasa Jawa Kromo Inggil yang halus dan sangat sopan, saya minta agar bapak tua ini mau menjual sedikit bibit ubi gajah miliknya kepada saya. Pak Wadianto yang sudah sepuh itu kelihatan terkesima, ia tak menyangka masih bisa mendengar bahasa asli asal kampungnya di Solo itu, dituturkan di daerah Medan dengan cukup ‘toto kromo’.
Alhamdulillah, Pak Wadianto menyanggupi memberi saya sedikit bibit ubi miliknya. Saya pun dibawa ke kebun belakang rumahnya. Pak Wadianto sendiri yang menggergaji batang ubi yang masih hidup di kebunnya. Pohon ubi yang punya batang dua tegakan, dipotong satu. Tak tanggung-tanggung, saya diberi sekitar seratus batang panjang sekitar semeter.
Tentu saja saya senang sekali. Ketika ditanya berapa saya harus membayar, Pak Wadianto menolak. Ia berkata : “Sampun, dibeto wangsul mawon mas, mboten usah diyotroni”. (sudah, dibawa pulang saja mas, tak usah dibayar).
Namun tentu saja saya harus membayar bibit itu, karena tak mungkin saya memanfaatkan kepolosan orang tua ini. Akhirnya setelah saya setengah memaksa, Pak Wadianto mau juga menerima uang pembayaran saya. Beliau juga mengatakan bahwa ia senang ada orang yang ikut mengembangkan ubi gajah ini.

Tulisan ini juga saya share di:
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/11/04/berburu-bibit-singkong-gajah-605296.html
***
READY STOCK :
BIBIT AREN UMUR 16 BULAN, HARGA RP.10.000/BATANG, TINGGI 100 CM.
BIBIT AREN UMUR 10 BULAN TINGGI 60 CM HARGA RP.6.000/BATANG
BIBIT AREN RP. 4.000/POKOK, TINGGI 40 CM (UMUR 6 BULAN) .
KECAMBAH BIBIT AREN UMUR 2 BULAN ( UNTUK PENGIRIMAN JARAK JAUH ), HANYA RP. 1.500/POKOK.
BIJI AREN UNTUK BIBIT RP.600/BUTIR. 
HP.0813 7000 8997. DENGAN MUHAMMAD ISNAINI