Rabu, 12 Maret 2014

Inokulasi Gaharu Sederhana



Pohon penghasil gaharu (agarwood) semisal aquilaria malaccensis, a. subintegra , a. microcarpa atau grinop, sejatinya sangat sulit menghasilkan gubal gaharu secara alami. Tidak sampai 5% gaharu yang ada saat ini dihasilkan secara alami.

Dibutuhkan campur tangan manusia untuk mempercepat dan mempermudah terbentuknya gubal gaharu dalam batang pohon agarwood. Campur tangan itu biasanya dalam bentuk inokulasi.

Inokulasi adalah pengeboran batang pohon dan penyuntikan cairan inokulan.

Satu pohon agarwood umur 5-7 tahun bisa menghabiskan 3 liter cairan inokulan.

Inokulan gaharu sendiri pada dasarnya adalah air yang mengandung bahan aktif jamur fusarium sp.

Adapun harga inokulan di pasaran berkisar antara Rp.500.000 – Rp.700.000/liter.

Tidak semua petani gaharu mampu membeli inokulan ini.  Karena itu, beberapa petani mencoba tehnik inokulasi sangat sederhana. Ada yang membacok-bacok batang pohon agarwoodnya, ada yang memaku, melukai, mengebor lalu memberi oli kotor, dlsb.

Menurut pengesanan para petani gaharu di Malaysia, cara inokulasi sederhana ini meningkatkan kemungkinan terbentuknya gubal gaharu menjadi sekitar 10-15%.

Sebenarnya ada cara lain yang layak dicoba. Yakni dengan cara mengebor batang pohon agarwood di sekelilingnya. Diameter mata bor 4-5 cm, jarak antar lubang 5 cm, jarak vertikal 5 cm dan jarak horizontal 5 cm. Barisan berupa lingkaran spiral. Kedalaman pengeboran adalah 1/3 diameter batang. Jadi, makin ke atas kedalaman makin dikurangi. Arah lubang menghadap ke bawah, sehingga lubang tidak kemasukan air pada waktu turun hujan.

Kemudian ambil pohon pisang yang mati layu karena serangan jamur fusarium sp (jamur upas), blender batang semu atau pangkal pelepahnya, lalu masukkan sampai penuh ke dalam lubang bor yang sudah ada di sekeliling batang pohon agarwood.

Dalam waktu 3 bulan akan ketahuan apakah perlakuan berhasil atau gagal. Jika gagal, maka tidak terjadi perubahan yang berarti pada batang pohon. Jika berhasil, maka lubang akan berwarna coklat dan apabila kayunya disayat lalu dibakar akan tercium bau harum. Tanpa bau harum, maka tak ada keberhasilan.

Selamat mencoba ! Semoga berhasil.

Menggali Potensi Tanaman Asam Gelugur


Asam gelugur (Garcinia atroviridis) masih kerabat asam kandis dan manggis. Buah asam gelugur dimanfaatkan sebagai pemberi rasa masam kepada makanan dan minuman. Patut juga kita ketahui, bahwa sekarang sudah ada diproduksi dan dijual sirup asam gelugur yang rasanya asam manis dan segar.
Asam gelugur berbuah tak mengenal waktu. Seringnya, pohon asam gelugur berbuah dua kali setahun. Namun ada juga yang bisa berbuah sampai empat kali setahun.
Asam gelugur berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Banyak tumbuh secara liar di peladangan dan halaman rumah. Salah satu vektor penyebarnya adalah hewan musang
Musang suka memakan biji asam gelugur yang rasanya asam agak manis. Kotoran musang yang berisi biji asam gelugur ini kemudian menjadi bakal bibit asam gelugur yang mungkin akan tumbuh kapan saja. Ini terjadi karena biji asam gelugur memiliki masa dormansi (masa biji tidur) yang lumayan lama. Menunggu datangnya situasi yang ideal untuk tumbuh. Bila situasi yang baik ini tidak didapatkan, maka biji akan mati dalam waktu beberapa bulan.
Galibnya, asam gelugur belum ramai dibudidayakan secara besar-besaran di Indonesia.
Hanya segelintir orang saja yang sengaja menanam beberapa belas batang pohon ini di tegalan miliknya. Yang lainnya rata-rata hanya menerima ‘jasa baik’ dari musang tadi.
Apa sebab orang malas menanam asam gelugur? Bagaimana dengan potensi
ekonominya?
Mari kita bahas secara lebih mendalam.
Asam gelugur dapat dibiakkan secara vegetatif dan secara generatif.
Secara vegetatif.
Bisa dengan cara dicangkok, disambung atau persusuan.
Semua cara ini keuntungannya adalah : cepat berbuah, tumbuh tak terlalu tinggi,
sama sifatnya dengan induknya, dan pasti betina.
Namun kesulitan pembiakan asam gelugur secara vegetatif ini adalah terbatasnya
cabang ideal yang baik untuk dikembangkan. Hanya cabang puncak yang tegak ke atas
yang bisa dicangkok, disambungkan atau disusukan. Jika menggunakan cabang lain yang
mengarah ke samping, maka sampai kapan pun tajuk pohon akan tetap ke samping. Tak mau tumbuh ke atas, meski sudah ditopang atau disangga dengan baik.
Karena itu, tidak ada pilihan lain untuk mengembangkan asam gelugur secara massal,
kecuali dibiakkan secara generatif alias menanam bijinya.
Kerugian cara ini adalah : dormansi biji lumayan lama, berbuahnya antara 6-7 tahun sesudah tanam, 10% sampai 15%nya jantan, dan sifat anak belum tentu sama dengan induknya.
Untuk mengetahui jantan betinanya pohon asam gelugur juga butuh waktu yang lama,
yakni setelah umur 4-5 tahun sesudah tanam. Pohon yang cabang-cabangnya cenderung mengarah ke atas dan mendatar biasanya adalah jantan, sedangkan yang cabang-cabangnya mengarah mendatar dan ke bawah biasanya adalah betina.
Untuk meminimalisir kerugian-kerugian itu, maka indukan harus dipilih dengan baik.
Beberapa kriteria dalam memilih indukan yang baik dan sehat adalah : banyak cabangnya mengarah ke bawah, banyak berbuah, cukup umur (+12 tahun), sering berbuah secara bertingkat (dalam satu masa ada cabang yang berbunga dan di cabang lain ada yang sudah jadi buah), diameter buahnya cukup besar (+10 cm), dan tidak pernah terserang penyakit yang serius.
Potensi ekonomi asam gelugur sendiri sebenarnya cukup bagus. Saat ini harga buah segarnya di tingkat petani berkisar antara Rp.2.500-3.000/kg. Sedangkan harga asam gelugur yang sudah diiris tipis dan dijemur kering antara rp.25.000-28.000/kg.
1 kg buah segar asam gelugur akan menghasilkan 200-250 gram asam yang kering kualitas siap ekspor.
Satu pohon asam gelugur yang sudah berumur 15 tahun dapat berbuah sampai satu ton pertahun. Ini berarti pohon ini bisa menghasilkan uang Rp.2.500.000-3.000.000 perpohon pertahun. Dengan jarak tanam 7×8 meter, satu hektar lahan akan dapat ditanami sebanyak
178 pohon. Jika pohon yang jantan sebanyak 15%, maka yang betina tinggal sekitar 150 pohon. Maka 150 pohon x rp.2.500.000 = potensi penghasilan petani asam gelugur perhektar pertahun = rp.375.000.000-33%(tingkat kegagalan) = Rp.250.000.000,-
Bagusnya, pohon asam gelugur nyaris tak mengenal batas usia produktif. Ada banyak pohon ini yang sudah berusia lebih dari 40 tahun dan tetap lebat berbuah setiap tahunnya.
Makin tua pohon asam ini, maka makin banyak buahnya.
Bagaimana, tertarik membudidayakannya?



Sumber foto :
http://www.sungaikuantan.com/2011/01/asam-kandis-asam-gelugur-ketiga-asam.html