Asam gelugur (Garcinia atroviridis) masih kerabat asam kandis dan manggis. Buah asam gelugur dimanfaatkan sebagai pemberi rasa masam kepada makanan dan minuman. Patut juga kita ketahui, bahwa sekarang sudah ada diproduksi dan dijual sirup asam gelugur yang rasanya asam manis dan segar.
Asam gelugur berbuah tak mengenal
waktu. Seringnya, pohon asam gelugur berbuah dua kali setahun. Namun ada
juga yang bisa berbuah sampai empat kali setahun.
Asam gelugur berasal dari Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Banyak tumbuh secara liar di peladangan dan
halaman rumah. Salah satu vektor penyebarnya adalah hewan musang
Musang suka memakan biji asam
gelugur yang rasanya asam agak manis. Kotoran musang yang berisi biji
asam gelugur ini kemudian menjadi bakal bibit asam gelugur yang mungkin
akan tumbuh kapan saja. Ini terjadi karena biji asam gelugur memiliki
masa dormansi (masa biji tidur) yang lumayan lama. Menunggu datangnya
situasi yang ideal untuk tumbuh. Bila situasi yang baik ini tidak
didapatkan, maka biji akan mati dalam waktu beberapa bulan.
Galibnya, asam gelugur belum ramai dibudidayakan secara besar-besaran di Indonesia.
Hanya segelintir orang saja yang
sengaja menanam beberapa belas batang pohon ini di tegalan miliknya.
Yang lainnya rata-rata hanya menerima ‘jasa baik’ dari musang tadi.
Apa sebab orang malas menanam asam gelugur? Bagaimana dengan potensi
ekonominya?
Mari kita bahas secara lebih mendalam.
Asam gelugur dapat dibiakkan secara vegetatif dan secara generatif.
Secara vegetatif.
Bisa dengan cara dicangkok, disambung atau persusuan.
Semua cara ini keuntungannya adalah : cepat berbuah, tumbuh tak terlalu tinggi,
sama sifatnya dengan induknya, dan pasti betina.
Namun kesulitan pembiakan asam gelugur secara vegetatif ini adalah terbatasnya
cabang ideal yang baik untuk dikembangkan. Hanya cabang puncak yang tegak ke atas
yang bisa dicangkok, disambungkan atau disusukan. Jika menggunakan cabang lain yang
mengarah ke samping, maka sampai
kapan pun tajuk pohon akan tetap ke samping. Tak mau tumbuh ke atas,
meski sudah ditopang atau disangga dengan baik.
Karena itu, tidak ada pilihan lain untuk mengembangkan asam gelugur secara massal,
kecuali dibiakkan secara generatif alias menanam bijinya.
Kerugian cara ini adalah :
dormansi biji lumayan lama, berbuahnya antara 6-7 tahun sesudah tanam,
10% sampai 15%nya jantan, dan sifat anak belum tentu sama dengan
induknya.
Untuk mengetahui jantan betinanya pohon asam gelugur juga butuh waktu yang lama,
yakni setelah umur 4-5 tahun
sesudah tanam. Pohon yang cabang-cabangnya cenderung mengarah ke atas
dan mendatar biasanya adalah jantan, sedangkan yang cabang-cabangnya
mengarah mendatar dan ke bawah biasanya adalah betina.
Untuk meminimalisir kerugian-kerugian itu, maka indukan harus dipilih dengan baik.
Beberapa kriteria dalam memilih
indukan yang baik dan sehat adalah : banyak cabangnya mengarah ke bawah,
banyak berbuah, cukup umur (+12 tahun), sering berbuah secara
bertingkat (dalam satu masa ada cabang yang berbunga dan di cabang lain
ada yang sudah jadi buah), diameter buahnya cukup besar (+10 cm), dan
tidak pernah terserang penyakit yang serius.
Potensi ekonomi asam gelugur
sendiri sebenarnya cukup bagus. Saat ini harga buah segarnya di tingkat
petani berkisar antara Rp.2.500-3.000/kg. Sedangkan harga asam gelugur
yang sudah diiris tipis dan dijemur kering antara rp.25.000-28.000/kg.
1 kg buah segar asam gelugur akan menghasilkan 200-250 gram asam yang kering kualitas siap ekspor.
Satu pohon asam gelugur yang sudah
berumur 15 tahun dapat berbuah sampai satu ton pertahun. Ini berarti
pohon ini bisa menghasilkan uang Rp.2.500.000-3.000.000 perpohon
pertahun. Dengan jarak tanam 7×8 meter, satu hektar lahan akan dapat
ditanami sebanyak
178 pohon. Jika pohon yang jantan
sebanyak 15%, maka yang betina tinggal sekitar 150 pohon. Maka 150 pohon
x rp.2.500.000 = potensi penghasilan petani asam gelugur perhektar
pertahun = rp.375.000.000-33%(tingkat kegagalan) = Rp.250.000.000,-
Bagusnya, pohon asam gelugur
nyaris tak mengenal batas usia produktif. Ada banyak pohon ini yang
sudah berusia lebih dari 40 tahun dan tetap lebat berbuah setiap
tahunnya.
Makin tua pohon asam ini, maka makin banyak buahnya.
Bagaimana, tertarik membudidayakannya?
Sumber foto :
http://www.sungaikuantan.com/2011/01/asam-kandis-asam-gelugur-ketiga-asam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar