Minggu, 26 Januari 2014

Singkong Gajah Berjuang; Melawan Hegemoni Kartel Gandum

13904892721081385964
13904893371183533453
prakata buku ini
Akhirnya, ada juga waktu untuk membahas sebuah buku setebal 202 halaman karya Prof.Dr.Ristono, MS dan Amarullah, SP, MP. Buku terbitan Petrogas Press yang bertitel SINGKONG GAJAH BERJUANG itu, saya pinjam dari tetangga saya, Pak Wardianto, seorang kolektor dan pembudidaya berbagai jenis singkong. Pak Wardianto mendapatkan buku ini waktu beliau diutus oleh Pemkab. Batu Bara sebagai salah satu duta tani pada Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan XIII tahun 2011 di Desa Perjiwa Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kaltim.
Dari membaca buku itu, dapat disimpulkan berbagai keunggulan singkong gajah.
Keunggulan-keunggulan singkong gajah hasil temuan kembali Prof.Ristono itu antara lain adalah :
1.Dapat ditanam di tanah dengan ketinggian 10-1.500 meter dpl.
2.Mampu berproduksi sampai 5 kg umbi segar/stek, meski ditanam di lahan tandus dan tak terpelihara.
3.Produksi rerata lebih dari 100 ton umbi segar per ha lahan. Bila dibudidayakan di lahan yang subur dengan perlakuan terbaik, produksi bisa mencapai 150 ton/ha/10 bulan.
4.Rasa umbinya enak dan pulen. Kadar HCN (sianida)nya sangat rendah, hingga layak konsumsi.
5.Kadar patinya cukup tinggi, mencapai 30% dari bobot umbi segar.
6.Dapat menggantikan beras/nasi, karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi (34,7%).
7.Sangat mudah tumbuh/dibudidayakan.
8.Steknya tidak perlu disambung/okulasi/kopulasi.
9.Sangat potensial untuk diolah menjadi biofuel/bioethanol.
10.Saat dijual ke pabrik, potongan bobotnya (kadar air) paling kecil, hanya 6 persen, karena kandungan patinya cukup tinggi. Jenis singkong lain potongan bobotnya bisa sampai 10 persen.
11.Daunnya dapat diolah menjadi sayuran dan rasanya enak sekali.
12. Sangat layak diperjuangkan untuk menggantikan gandum yang merupakan bahan impor, sehingga dapat menghemat devisa negara. Mocaf (modification cassava flour) sebagai salah satu produk singkong gajah adalah salah satu alternatif terbaru pengganti gandum.
13.Dapat dipanen mulai umur 5 bulan.
14.Tidak rakus unsur hara tanah.
15.Karena kadar airnya rendah, umbinya dapat bertahan hingga 10 hari, asal umbi tidak cacat dan dipotong pada bagian pangkalnya yang masih berkayu.
16. Relatif lebih tahan penyakit kutu putih.
17.Dapat dibudidayakan pada tanah yang rusak akibat penambangan.
18.Harga umbi segar yang lebih tinggi dibanding singkong jenis lain.
19.Harga bibit/steknya cukup murah, sekitar rp.500-rp.700/stek. Bandingkan dengan bibit singkong Mukibat (okulasi/sambung) yang harganya rp.2.500/stek.
Adapun kekurangan tanaman singkong gajah adalah :
1.Kurang tahan terhadap terpaan angin kencang, karena posturnya yang tinggi, sekitar 4-5 meter.
2.Steknya lebih besar, sehingga makan ongkos ekstra jika dikirim jauh. Satu goni bekas pupuk 50 kg hanya muat 200 stek.
3.Daunnya disukai hewan ternak dan hewan liar.
4.Jumlah bibit dan penyebarannya masih terbatas.
Demikianlah beberapa keunggulan dan kekurangan singkong gajah kami sarikan. Sebahagian besar data diambil dari buku yang kami sebutkan di atas.
Terima kasih yang tulus buat Prof.Ristono, Amarullah, SP, MP, Wijaya Tennessey Iskandar, S.Hut dkk yang telah mengabdikan waktunya untuk meneliti dan mengembangkan singkong gajah, meski pun dalam keadaan yang terbatas dan kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah serta politisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar