"Pembuatan briket yang diberi nama `Briquette la Bendo` itu bermula dari keprihatinan kami atas minimnya pengembangan sumber bahan bakar alternatif biomassa," kata koordinator kelompok Yoga Prisusatyo di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, pengembangan briket ampas aren sebagai sumber bahan bakar energi alternatif biomassa ramah lingkungan itu memiliki keunggulan yang tidak kalah dengan sumber bahan bakar minyak tanah maupun elpiji.
Selain murah, praktis, mudah menyala, dan siap pakai, briket ini tidak banyak menghasilkan asap sehingga tidak mencemari lingkungan serta nyala apinya pun bagus.
"Sisa abu dari pembakaran briket yang dijual dengan harga Rp1.500 per kilogram itu juga bisa dimanfaatkan untuk campuran semen bagi industri pembuatan batu bata maupun untuk pembuatan kompos," katanya.
Ia mengatakan, briket ampas aren itu dibuat setelah menyaksikan limbah "onggok" dari 25 industri pengolahan aren di Dusun Bendo dan Margoluwih, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Menurut dia, hasil penelitian yang mereka lakukan menunjukkan kualitas air di sungai melebihi batas toleransi pencemaran air. Bahkan di sekitar tempat pembuangan ampas tercium bau yang tidak sedap.
"Di dusun tersebut, tepung aren dimanfaatkan untuk pembuatan mi, cendol, dan olahan lainnya, tetapi ampasnya dibuang begitu saja," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa di bawah bimbingan dosen Ahmad Agus Setiawan itu adalah Muhammad Ridwan Arif Cahyono, Yulfa Intan Yuraida, Yudia Tirta Karunawardani, dan Estri Pamungkasih.
Pewarta : Bambang Sutopo Hadi
Editor: Heppy Ratna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar