Senin, 09 Februari 2015

Beda Tanaman Lada Perdu Dengan Lada Panjat

Iseng-iseng, update status di grup fb Aren Indonesia. Begini bunyinya : “Tumpangsari lada (merica) dengan aren, adalah salah satu solusi mengatasi lamanya masa tunggu produksi tanaman aren”.

Beberapa menit kemudian. salah satu sohib komeng sambil bertanya : “Bang, apa beda lada perdu dengan lada panjat? Gimana cara bikin bibitnya?”.

Wah, perlu dijelasin juga ini kayaknya. Biar pada mudeng. Hehe.

Lada perdu adalah lada yang ditanam tanpa tiang panjatan berupa tiang beton atau pohon kayu inangnya. Jadi ia dibiarkan tumbuh berbentuk semak perdu begitu saja di tanah.

Keuntungannya adalah kita tak perlu keluar biaya untuk membuat tiang panjat, dan jarak tanam bisa lebih rapat, 1×2 meter, berbanding lada panjat yang minimal harus 2×2 meter. Pemanenan juga lebih mudah, karena tak perlu pakai tangga.

Menurut pengalaman petani, hasil bersih berupa lada putih atau lada hitam dari tanaman lada perdu juga 25 persen lebih banyak dibanding tanaman lada panjat. Kekurangannya adalah lahan tidak boleh terendam air lebih dari 3 jam. Jadi, 3 jam setelah hujan lebat, lahan harus sudah bebas air tergenang. Lada panjat lebih tahan air, karena rumpunnya bisa dibumbun. 

Cara membuat bibit lada perdu.
Pilih pohon indukan yang baik dan sudah berbuah minimal dua musim, dan selalu berbuah banyak. Potong cabangnya yang pernah berbuah. Masukkan ke dalam wadah yang berisi air. Potong-potong lagi sepanjang satu ruas.Tanamkan dengan posisi miring 45 derajat di persemaian yang sudah disiapkan. Media semai adalah campuran tanah humus, pasir dan pupuk kandang matang dengan perbandingan 1:1:1. Siram secukupnya. 

Bedengan kemudian disungkup dengan penyungkup plastik, lalu diberi teduhan berupa paranet 75% dua lapis. Atau beri beratap dedaunan/ilalang. Siram setiap sore. Air siraman boleh dicampur dengan perangsang akar semisal Root Up atau Rootone-F, 1 gram untuk satu gembor air. Interval aplikasi perangsang akar 10 hari atau hanya 2 kali selama masa pendederan di bedengan.

21 hari kemudian, siram bedengan semai sampai kenyang. Lalu bongkar stek yang sudah tumbuh. Pindahkan ke polibag ukuran 12×17 cm. Media tanam polibag sama dengan media semai. Sebulan kemudian bibit bisa ditanam.

Demikian kami paparkan beda tanaman lada perdu dengan lada panjat beserta cara membuat bibitnya.
Sebagai catatan, bibit lada panjat dibuat dari batang utama tanaman lada. Panjang stek 5-7 ruas. Karena itu, media bibit lada panjat memang lebih banyak dibandingkan lada perdu.

Sebenarnya, bibit lada perdu juga bisa dibuat dengan panjang stek 7 ruas, dan dengan cara ini kita tidak membutuhkan penyungkup, cukup hanya peneduh. Namun, karena bahan tanamnya berasal dari cabang produktif, hal ini akan mengganggu produksi buah lada indukan. Kecuali memang indukan diperuntukan bagi perbanyakan bibit. 

Sebagai catatan akhir, bagian sulur tanaman lada sebaiknya tidak dipakai sebagai bahan tanam perbanyakan bibit, karena nantinya akan menghasilkan tanaman yang kurang produktif. Jika Anda membeli bibit lada dari penangkar, maka pastikanlah bahwa bibit yang Anda beli bukan berasal dari bagian sulurnya. Juga bukan berasal dari cabang yang merambat di tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar