Tanaman gaharu dapat diperbanyak dengan dua cara, generatif
dan vegetatif.
Perbanyakan dengan generatif ada dua cara, perbanyakan
dengan menyemai biji dan perbanyakan dengan cabutan anak gaharu yang tumbuh di
bawah induknya.
Perbanyakan dengan biji ada dua cara, biji dikecambahkan
dulu dan biji langsung disemai di bedengan semai.
Cara dikecambahkan dulu : balut biji dengan kain tipis dua
lapis, rendam selama 1 jam, angkat lalu letakkan di dalam irik/wadah
berlubang-lubang. Taruh di tempat teduh. Semprot dengan air jika kain kelihatan
mulai mengering. Jaga kelembaban, jangan terlalu basah atau kering. Dengan cara
ini, biasanya biji sudah mulai berkecambah pada hari ke5.
Jika biji sebagian besar sudah jadi kecambah, maka taburkanlah
secara hati-hati ke bedengan beratap yang sudah disiapkan, lalu tutupi dengan
taburan pasir setebal 2 cm. Siram secukupnya. Di atasnya tutupi dengan jerami
atau daun ilalang. Bila perlu, semprotkan fungisida di atas pasir tadi, sebelum
ditutupi jerami. Di atas jerami bisa juga disemprotkan insektisida untuk
mencegah serangan semut dan penggerek biji.
Angkat jerami jika bibit sudah nampak tumbuh menembus pasir.
Pindahkan ke polibag saat sudah berdaun 4 helai.
Perbanyakan dengan cabutan ini ada dua cara, tanpa tanah dan
dengan sedikit tanah. Anak gaharu yang telah berdaun minimal 4 helai dicongkel
dengan cara mengikutkan sedikit tanah di sekelilingnya. Cara ini disebut dengan
puteran.
Cara puteran ini ada dua cara, cara pertama, anak gaharu dicongkel
berikut sedikit tanah di sekelilingnya, lalu langsung dimasukkan ke dalam
polibag yang telah berisi setengah tanah isi, kemudian ditambahi tanah lagi
secukupnya. Cara kedua, bibit hasil puteran dibungkus plastic lalu diikat
dengan karet gelang dan dibawa ke tempat dimana ia akan dimasukkan ke dalam
polibag. Usahakan agar tanah puteran
tidak pecah sepanjang perjalanan.
Ada
pun penanganan cabutan anak gaharu cara tanpa tanah, ada dua cara. Cara dengan
memakai ZPT dan tanpa ZPT (zat pengatur tumbuh/perangsang akar).
ZPT yang paling sering dipakai ada dua, Rooton F dan
Atonik.
Cara menggunakan ZPT ada dua, cara rendam dan cara semprot.
Cara rendam biasanya diaplikasikan jika ZPT yang dipakai adalah Atonik, sedang
cara semprot bila menggunakan Rotton F.
Cara rendam : larutkan 2 cc ZPT Atonik ke dalam 1 liter air,
lalu rendamkan akar anak gaharu selama 1-2 jam. Selanjutnya tanamlah cabutan
anak gaharu tadi ke dalam polibag dengan media tanam campuran tanah humus,
pasir dan pupuk kandang matang dengan
perbandingan 1:1:1.
Cara semprot : larutkan 2 gram Rooton F ke dalam 1000 cc air,
lalu semprotkan ke seluruh akar anakan gaharu. Biarkan 2 jam. Lalu tanam.
(menurut pengalaman kami, penggunaan ZPT berpengaruh tidak
nyata terhadap persentase pertumbuhan bibit).
Cara penanganan cabutan anak gaharu tanpa ZPT ada dua cara.
Cara pertama, congkel anak gaharu, ikat per 20 batang,
masukkan ke dalam plastic gula ukuran 2 kg, lalu semprotkan air sampai basah
seluruh bagiannya. Begitu seterusnya sampai plastic penuh, lalu ikat ujung
plastic agar kedap udara, dan bawa ke tempat penanaman/penyemaian dalam
polibag.
Cara kedua congkel anak gaharu, lalu masukan ke dalam
Tupperware yang sudah diisi air hingga seluruh akar tenggelam. Susun anak
gaharu dalam posisi berdiri. Jika sudah cukup, tutup wadah lalu bawa ke tempat
penyemaian.
Cara tanpa tanah ini hanya bisa dilakukan pada musim
penghujan dan waktunya adalah sore hari.
Cara menempatkan polibag gaharu cabutan ada dua cara, dengan
sungkup dan tanpa sungkup.
Jika dengan sungkup, maka hal ini sama dengan menggunakan
rumah kaca/rumah plastic atau istilah kerennya green house. Dengan cara ini,
persemaian cukup disiram 2 hari sekali pada sore hari.
Ada
pun cara tanpa sungkup, maka persemaian harus dibuatkan para-para/peneduh.
Tiang peneduh bisa dari kayu atau bambu. Tingginya sedikit lebih tinggi dari
pada tinggi tubuh manusia yang merawat persemaian itu. Buat para-para menghadap
ke timur. Aturlah agar cahaya matahari hanya masuk sampai dengan jam 9 pagi.
Atap sebaiknya terbuat dari pelepah daun kelapa atau kelapa sawit. Susun
pelepah hingga cahaya masuk dari atas 0%. Nanti setelah daun perlahan
mengering, pencahayaan akan bertambah dengan sendirinya.
Dengan cara tanpa green house ini, penyiraman dilakukan 3 kali
sehari, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 4 sore. Penyiraman itu adalah
penyiraman sekedar untuk membasahi daun saja. Ada pun penyiraman yang banyak, tetap 2 hari
sekali.
Satu hal yang perlu dicatat, siram bilas bibit setiap habis
hujan, apalagi hujannya cuma sedikit atau sebentar.
Penyakit bibit gaharu pada dasarnya cuma satu. Penyakit
bercak daun yang disebabkan oleh beberapa jenis jamur. Umumnya jamur golongan
fusarium dan aspergillus. Pemicunya adalah kelembaban udara, tanah atau pun
bibit itu sendiri.
Karena itulah, bibit gaharu harus dilindungi dari jamur
dengan baik. Aplikasi fungisida natural atau kimia sangat dibutuhkan, terutama
bila pembibitan tanpa green house.
Penyakit hawar daun atau bercak daun ini bisa sangat
berbahaya, kadang sampai 90% bibit mati karena penyakit ini.
Karena itu, kami menggunakan 3 jenis fungisida untuk
mengendalikan hawar daun. Masing-masing dengan bahan aktif berbeda. Merk
Dithane45, Bayleton dan Benlate. Aplikasi seling dengan interval 4 hari. Jika serangan tidak menurun setalah 6 kali aplikasi, maka pakailah Score 250EC. Fungisida terakhir ini cukup efektif, namun akan mempengaruhi pertumbuhan bibit. Bibit akan menjadi lambat besarnya. Ini karena Score 250EC termasuk fungisida golongan azole. Yakni fungisida yang mengandung hormon penghenti pertumbuhan vegetatif dan pemicu pertumbuhan generatif. Galibnya fungisida golongan azole dipakai pada tanaman padi yang sudah bunting.
Selain menyerang bibit gaharu, penyakit hawar daun juga
rentan menyerang bibit asam gelugur, aren, manggis, bibit sawit dll.
Pemisahan bibit yang terserang dengan bibit sehat sangat
dianjurkan. Bibit yang mati sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar.
foto : bibit gaharu TGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar