Minggu, 23 November 2014

Penyakit pada Pembibitan Gaharu




Tanaman gaharu dapat diperbanyak dengan dua cara, generatif dan vegetatif.

Perbanyakan dengan generatif ada dua cara, perbanyakan dengan menyemai biji dan perbanyakan dengan cabutan anak gaharu yang tumbuh di bawah induknya.

Perbanyakan dengan biji ada dua cara, biji dikecambahkan dulu dan biji langsung disemai di bedengan semai.

Cara dikecambahkan dulu : balut biji dengan kain tipis dua lapis, rendam selama 1 jam, angkat lalu letakkan di dalam irik/wadah berlubang-lubang. Taruh di tempat teduh. Semprot dengan air jika kain kelihatan mulai mengering. Jaga kelembaban, jangan terlalu basah atau kering. Dengan cara ini, biasanya biji sudah mulai berkecambah pada hari ke5.

Jika biji sebagian besar sudah jadi kecambah, maka taburkanlah secara hati-hati ke bedengan beratap yang sudah disiapkan, lalu tutupi dengan taburan pasir setebal 2 cm. Siram secukupnya. Di atasnya tutupi dengan jerami atau daun ilalang. Bila perlu, semprotkan fungisida di atas pasir tadi, sebelum ditutupi jerami. Di atas jerami bisa juga disemprotkan insektisida untuk mencegah serangan semut dan penggerek biji.

Angkat jerami jika bibit sudah nampak tumbuh menembus pasir. Pindahkan ke polibag saat sudah berdaun 4 helai.

Perbanyakan dengan cabutan ini ada dua cara, tanpa tanah dan dengan sedikit tanah. Anak gaharu yang telah berdaun minimal 4 helai dicongkel dengan cara mengikutkan sedikit tanah di sekelilingnya. Cara ini disebut dengan puteran.

Cara puteran ini ada dua cara, cara pertama, anak gaharu dicongkel berikut sedikit tanah di sekelilingnya, lalu langsung dimasukkan ke dalam polibag yang telah berisi setengah tanah isi, kemudian ditambahi tanah lagi secukupnya. Cara kedua, bibit hasil puteran dibungkus plastic lalu diikat dengan karet gelang dan dibawa ke tempat dimana ia akan dimasukkan ke dalam polibag.  Usahakan agar tanah puteran tidak pecah sepanjang perjalanan.

Ada pun penanganan cabutan anak gaharu cara tanpa tanah, ada dua cara. Cara dengan memakai ZPT dan tanpa ZPT (zat pengatur tumbuh/perangsang akar).

ZPT yang paling sering dipakai ada dua, Rooton F dan Atonik. 

Cara menggunakan ZPT ada dua, cara rendam dan cara semprot. Cara rendam biasanya diaplikasikan jika ZPT yang dipakai adalah Atonik, sedang cara semprot bila menggunakan Rotton F.

Cara rendam : larutkan 2 cc ZPT Atonik ke dalam 1 liter air, lalu rendamkan akar anak gaharu selama 1-2 jam. Selanjutnya tanamlah cabutan anak gaharu tadi ke dalam polibag dengan media tanam campuran tanah humus, pasir  dan pupuk kandang matang dengan perbandingan 1:1:1.

Cara semprot : larutkan 2 gram Rooton F ke dalam 1000 cc air, lalu semprotkan ke seluruh akar anakan gaharu. Biarkan 2 jam. Lalu tanam.

(menurut pengalaman kami, penggunaan ZPT berpengaruh tidak nyata terhadap persentase pertumbuhan bibit).

Cara penanganan cabutan anak gaharu tanpa ZPT ada dua cara.

Cara pertama, congkel anak gaharu, ikat per 20 batang, masukkan ke dalam plastic gula ukuran 2 kg, lalu semprotkan air sampai basah seluruh bagiannya. Begitu seterusnya sampai plastic penuh, lalu ikat ujung plastic agar kedap udara, dan bawa ke tempat penanaman/penyemaian dalam polibag.

Cara kedua congkel anak gaharu, lalu masukan ke dalam Tupperware yang sudah diisi air hingga seluruh akar tenggelam. Susun anak gaharu dalam posisi berdiri. Jika sudah cukup, tutup wadah lalu bawa ke tempat penyemaian.

Cara tanpa tanah ini hanya bisa dilakukan pada musim penghujan dan waktunya adalah sore hari.

Cara menempatkan polibag gaharu cabutan ada dua cara, dengan sungkup dan tanpa sungkup.

Jika dengan sungkup, maka hal ini sama dengan menggunakan rumah kaca/rumah plastic atau istilah kerennya green house. Dengan cara ini, persemaian cukup disiram 2 hari sekali pada sore hari.

Ada pun cara tanpa sungkup, maka persemaian harus dibuatkan para-para/peneduh. Tiang peneduh bisa dari kayu atau bambu. Tingginya sedikit lebih tinggi dari pada tinggi tubuh manusia yang merawat persemaian itu. Buat para-para menghadap ke timur. Aturlah agar cahaya matahari hanya masuk sampai dengan jam 9 pagi. Atap sebaiknya terbuat dari pelepah daun kelapa atau kelapa sawit. Susun pelepah hingga cahaya masuk dari atas 0%. Nanti setelah daun perlahan mengering, pencahayaan akan bertambah dengan sendirinya.
Dengan cara tanpa green house ini, penyiraman dilakukan 3 kali sehari, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 4 sore. Penyiraman itu adalah penyiraman sekedar untuk membasahi daun saja. Ada pun penyiraman yang banyak, tetap 2 hari sekali.

Satu hal yang perlu dicatat, siram bilas bibit setiap habis hujan, apalagi hujannya cuma sedikit atau sebentar.  

Penyakit bibit gaharu pada dasarnya cuma satu. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh beberapa jenis jamur. Umumnya jamur golongan fusarium dan aspergillus. Pemicunya adalah kelembaban udara, tanah atau pun bibit itu sendiri.

Karena itulah, bibit gaharu harus dilindungi dari jamur dengan baik. Aplikasi fungisida natural atau kimia sangat dibutuhkan, terutama bila pembibitan tanpa green house. 

Penyakit hawar daun atau bercak daun ini bisa sangat berbahaya, kadang sampai 90% bibit mati karena penyakit ini.

Karena itu, kami menggunakan 3 jenis fungisida untuk mengendalikan hawar daun. Masing-masing dengan bahan aktif berbeda. Merk Dithane45, Bayleton dan Benlate. Aplikasi seling dengan interval 4 hari. Jika serangan tidak menurun setalah 6 kali aplikasi, maka pakailah Score 250EC. Fungisida terakhir ini cukup efektif, namun akan mempengaruhi pertumbuhan bibit. Bibit akan menjadi lambat besarnya. Ini karena Score 250EC termasuk fungisida golongan azole. Yakni fungisida yang mengandung hormon penghenti pertumbuhan vegetatif dan pemicu pertumbuhan generatif. Galibnya fungisida golongan azole dipakai pada tanaman padi yang sudah bunting.

Selain menyerang bibit gaharu, penyakit hawar daun juga rentan menyerang bibit asam gelugur, aren, manggis, bibit sawit dll.

Pemisahan bibit yang terserang dengan bibit sehat sangat dianjurkan. Bibit yang mati sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar. 

foto : bibit gaharu TGM.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar