Cara Memilih Polybag
Polybag, selanjutnya ditulis polibeg, adalah kantong plastik
berlubang-lubang yang biasanya dipakai sebagai wadah media tempat tumbuh bibit
tanaman.
Ukuran polibeg sangat variatif. Mulai yang cuma sebesar jari
jempol tangan (untuk wadah sosis; bibit tanaman yang masih sangat kecil),
sampai yang segede gaban (untuk wadah bibit durian montong yang bahkan sudah
berbuah).
Ketebalan plastik polibeg juga ada banyak macam, mulai yang
tipisnya setipis kulit ari bawang, sampai yang setebal jaket kulit.
Adapun kualitas plastik polibag, ada tiga kelas. Kelas A,
kelas AD dan kelas ST.
Kelas A merupakan yang terbaik, AD yang sedang dan ST yang
paling rapuh, biasanya berasal dari plastik daur ulang.
Polibeg kelas A cirinya plastiknya lembut, ketebalan merata,
permukaan mulus licin, berkilat, tidak ada bercak-bercak, liat, tidak bau
sengak, dan harganya lebih mahal.
Polibeg dari plastik daur ulang cirinya : baunya sengak
menyengat, jika diterawang tampak ketebalan tidak rata, bercak-bercak, rapuh,
mudah robek, dan harganya murah.
Saat ini harga polibeg di kota Kisaran, Asahan, kualitas A
Rp.23.000/kg, kualitas AD Rp.21.500/kg dan yang ST Rp.20.000/kg. Harga berlaku
untuk pembelian 1 bal @25 kg.
Nah, sekarang, bagaimanakah kriteria memilih polibek yang
baik untuk bibit yang akan kita semaikan?
Jenis polibeg yang baik ditentukan oleh jenis bibit tanaman
yang akan disemaikan didalamnya. Misalkan untuk membuat baby sawit, atau bibit
sawit kecil daun 3-4 helai, maka yang baik adalah polibeg ukuran 12x17 cm, ketebalan 0,18 mm-0,20 mm,
kelas ST. Baby sawit hanya butuh waktu 3,5 bulan sebelum dipindahkan ke polibeg
yang lebih besar, seperti ukuran 30x35 cm atau 35x40 cm.
Ketebalan dan kelas polibag tak perlu yang bagus karena
biasanya polibag kelas ST berdaya tahan 7-8 bulan.
Saat dipindahkan ke polibeg besar, pemilihan polibeg kembali
berdasarkan kepada lamanya waktu bibit akan ditanam. Jika misalnya direncanakan
bibit sawit itu akan ditanam pada umur 1 tahun atau lebih, maka pakailah
polibeg kelas A, ukuran 35x40 cm. Jika pada umur antara 8-11 bulan, maka
pilihan kelas AD dengan ukuran 30x35 cm adalah yang paling proporsional.
Itu tadi adalah polibeg untuk bibit tanaman berakar serabut.
Bagaimana dengan polibeg untuk bibit tanaman berakar tunggang?
Kita ambil permisalan bibit karet alias para alias rambung. Bila
direncanakan bibit karet akan ditanam saat payung satu atau payung dua, maka
pakailah polibag kelas A ukuran 17x25 cm. Namun bila akan ditanam pada fase
payung 3 atau lebih, maka polibag kelas A ukuran 17x30 adalah pilihan yang
baik.
Pohon karet rawan tumbang terkena angin, terutama yang
varietas GT. Karenanya, usahakan agar akar tunggangnya tidak sudah putus
terlalu banyak saat ditanam ke lapangan. Putusnya akar tunggang terjadi karena
akar sudah menembus polibeg bagian bawah.
Selain ukuran panjangnya atau tingginya, pemilihan polibeg
juga harus memperhatikan ukuran lebarnya. Polibeg nantinya akan disusun rapat,
sehingga jika ukuran lebar terlalu sempit, maka bibit tanaman akan tumbuh kurus
menjulang tinggi, tak sedap dipandang mata, akibat ruang tumbuh yang terlalu
sesak.
Polibeg itu pada dasarnya, semakin besar semakin baik.
Tetapi harus juga diperhitungkan luasan lahan penangkaran bibit, serta
pengangkutan.
Sebagai contoh, bibit sawit umur setahun dalam polibeg
ukuran 35x40 cm (berat rerata 14 kg) hanya muat 425 batang jika diangkut dengan
truk Colt Diesel roda enam standart atau
yang sejenis. Jika polibegnya ukuran 30x35 cm (berat rerata 7,5 kg), maka bisa
dimuat sampai 800 batang. Untuk pengangkutan jarak jauh, selisih angka
banyaknya muatan itu sudah sangat berpengaruh terhadap ongkos angkut perbatang.
***
Foto nyomot punya saranalestari.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar