Selasa, 16 Juli 2013
Kaya Raya dengan Perkebunan Karet Tumpangsari
Bagi
pemilik tanah kosong yang cukup memenuhi syarat untuk ditanami karet,
maka berkebun tumpangsari karet dengan tanaman lain adalah sebuah
pilihan yang patut diperhitungkan.
Ada beberapa tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan karet. Diantaranya adalah tanaman salak pondoh, gaharu, pisang barangan, dan nenas.
Selain itu, yang lebih menjanjikan adalah membuat pembibitan karet atau kelapa sawit di lahan perkebunan karet. Namun yang menjadi catatan penting adalah, jarak tanam karet yang 3×7 meter sebagai tanaman monokultur, harus dijarangkan menjadi 3×9 meter jika ingin ditumpangsarikan. Penjarangan ini tentu akan sedikit mengurangi produktifitas tanaman karet, tetapi di sisi lain, petani akan mendapatkan pendapatan tambahan yang tidak sedikit dari tanaman tumpangsarinya. Terlebih lagi pada saat harga komoditas karet sedang turun, maka penghasilan dari tanaman tumpangsari akan sangat membantu perekonomian petani.
Kami pernah mendengar bahwa ada juga tumpangsari karet dengan rotan. Dan dalam tumpangsari jenis ini, jarak tanam karet tetap 3×7 meter. Rotan ditanam satu jalur diantara gang yang 7 meter itu dengan jarak antara rumpun rotan adalah 2 meter. Ini cukup masuk akal, karena aslinya rotan adalah tumbuhan merambat yang toleran terhadap teduhan, di tengah hutan rimba. Lalu, tumpangsari jenis mana yang paling potensial untuk diterapkan? Menurut hemat kami, tumpangsari karet dengan pembibitan benih tanaman, jahe-jahean atau rotan tadi, adalah yang terbaik untuk diterapkan. Tumpangsari karet dengan kopi menurut pengamatan kami, hanya efektif sebelum karet berumur sepuluh tahun. Setelah itu, kopi akan jarang berbuah karena aslinya kopi memang tak terlalu toleran dengan teduhan yang berlebihan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar